JAMBIKORAN.COM - Orang tua harus waspada demam berdarah dengue (DBD) paling banyak menyerang anak-anak.
Menurut data Kementerian Kesehatan, 43 persen kasus DBD di Indonesia pada 2024 menyerang anak usia 15-44 tahun.
Sementara kematian akibat DBD paling banyak terjadi pada anak usia 5-14 tahun.
Tingginya kefatalan akibat DBD ini perlu diwaspadai dengan memperhatikan secara cermat kondisi sang anak.
BACA JUGA:Kasus DBD di Bungo Menurun pada Pertengahan Tahun 2024
BACA JUGA:799 Meninggal Akibat DBD, Per Minggu ke-23 Tahun 2024
"Kita perlu mewaspadai untuk kasus-kasus dengue pada anak-anak. Bagaimana terapinya, bagaimana mendiagnosisnya," ucap Direktur Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular Kementerian Kesehatan dr. Imran Pambudi, MPHM pada ASEAN Dengue Day 2024 di Batam, 27 Juni 2024.
Ia mengungkapkan bahwa orang tua harus paham dan bisa mendeskripsikan kondisi anak yang mengalami demam, karena anak masih belum bisa menyalurkan dengan baik apa yang dirasakannya.
"Yang penting itu adalah bagaimana orang tua paham kondisi anaknya karena anak nggak bis bilang 'aku demam', paling dia hanya lemas, tidak mau makan," ujarnya
Imran pun menyebut sering terjadi orang tua yang tidak tahu bagaimana kondisi anak karena tidak secara langsung mengasuh mereka.
BACA JUGA:Simak! Ciri-Ciri dan Cara Pencegahan DBD Pada Anak Usia 2 Tahun
BACA JUGA:Waspada DBD di Tanjab Barat Dinkes Tanjung Jabung Barat Imbau Warga Jaga Kebersihan
"Saya kira ini hal-hal basic yang kembali lagi kepada bagaimana pola pengasuhan orang tua itu harus bagus sehingga tidak pasrahin ke pengasuh."
Lebih lanjut, dokter spesialis anak Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dr. dr. Anggraini Alam, SpA(K) IDAI menyebut, terdapat tiga fase DBD yang wajib diwaspadai.
"Pada dengue yang punya tiga fase, masing-masing fase memiliki potensial komplikasi," paparnya.