JAMBI - Musim kemarau, membuat lonjakan harga sayur dan cabe di beberapa daerah di Jambi saat ini, hanya merupakan gambaran betapa rentannya konsep ketahanan pangan Indonesia.
Hal ini tak luput dari perhatian Ketua DPD HKTI Provinsi Jambi yang juga Anggota DPR RI Dr. Ir. H. A.R. Sutan Adil Hendra, MM (SAH) ketika menyampaikan pandangannya tentang ketahanan pangan.
"Tingginya harga cabe ini akibat dari tidak adanya estimasi kebutuhan pangan dalam satu musim panen, akibatnya tidak tidak tergambar berapa kebutuhan cabe di pasaran dalam satu kurun waktu. Jika saja pemerintah melakukan perhitungan kebutuhan cabe dan produk pangan lain dengan seksama, tidak akan muncul kelangkaan yang memicu kenaikan harga," jelas tokoh yang lama berprofesi sebagai pengusaha perkebunan ini.
Menurutnya, luas areal tanam itu diatur dengan mempertimbangkan kebutuhan pasar. Sehingga, tidak terjadi kelangkaan dan juga tidak terjadi over stock yang mengakibatkan harga jatuh.
Sekarang pemerintah panik dengan harga cabe yang makin pedas, sehingga Menteri Pertanian meminta tiap rumah tangga menanam cabe.
Sikap pemerintah ini menurut SAH dalam beberapa bulan ke depan justru akan menjatuhkan harga cabe di pasaran karena produksi yang berlimpah.
"Di sinilah saya menilai tidak ada konsep ketahanan pangan yang dilakukan pemerintah, produksi dan harga pangan kita tidak pernah mencapai kondisi keseimbangan," katanya.
Harga cabe naik yang menjerit konsumen, harga jatuh petani merugi. Padahal jika situasi keseimbangan bisa tercapai, petani dan masyarakat sama-sama untung.
Untuk itu SAH mengatakan Prabowo Subianto, selaku tokoh dan lama memimpin HKTI, memiliki konsep keseimbangan produksi dan pasar.
"Menurut Pak Prabowo tidak perlu senua orang harus menanam cabe, karena itu juga tidak baik, tapi ketahanan pangan itu membutuhkan estimasi produksi berdasarkan permintaan pasar."
Dari data ini kita bisa mengatur kebijakan dan alokasi lahan sebagai sentra produksi yang hasilnya mencukupi tapi tidak berlebihan.
Inilah konsep keseimbangan produksi Pak Prabowo Subianto tentang ketahanan pangan, berawal dari data, pengaturan luas areal tanaman hingga jalur distrubusi. (*)