Gigi Anda berwarna putih. Tidak merah atau hijau. Jumlah rambut di kepala Anda entah ada berapa. Siapa yang peduli. Tidak pernah ada mahasiswa yang mempertanyakan itu.
Prof Dr Sutiman Bambang Sumitro, saat masih jadi dosen, sampai punya cara khusus. Agar mahasiswanya tidak pasif sepanjang hari: siapa yang bertanya dapat nilai tambahan. Biar pun sekadar bertanya.
BACA JUGA:Kucing-Kucingan Lewat Jalur Darat
BACA JUGA:Dibuka Dalam Dua Tahapan, Pendaftaran PPPK Kota Jambi Tahun 2024
Saya kembali bertemu Prof Sutiman. Sabtu petang kemarin lusa. Di Malang. Di Rumah Sehat. Di samping kampus Universitas Negeri Malang (UM).
Prof Sutiman memang sengaja membangun rumah sehat –bukan rumah sakit. Ia ingin menyehatkan orang yang masih sehat. Juga menyehatkan orang yang sudah telanjur sakit.
Sebelum ke Malang saya memang mengajukan beberapa pertanyaan ke beliau. Termasuk yang dipertanyakan perusuh Disway atas artikel saya pekan lalu (Disway 16 September 2024: Nano Sutiman).
Prof Sutiman langsung merespons WA saya. "Sebaiknya saya jawab secara tatap muka," katanya. "Sugeng enjang Pak Iskan. Menurut saya perlu beberapa dasar. Menawi bapak kerso lan kagungan wekdhal, saged pinanggihan kangge sedikit berbincang. Monggo dalem saged sowan," tulisnya di WA.
Tentu saya tidak ingin Prof Sutiman yang ke rumah saya. Jarak Surabaya-Malang sekarang sudah didekatkan oleh jalan tol. Sekalian saya ingin melihat Rumah Sehat yang ia prakarsai.
Pertanyaan yang saya ajukan tiga hari sebelumnya adalah sebagai berikut:
Bagian terkecil tubuh, menurut Prof adalah material/energi. Saya pernah baca literatur bahwa bagian terkecil suatu benda, termasuk tubuh, adalah gelombang. Apakah gelombang yang saya baca itu sama dengan energi?
Dari buku Prof, radikal bebas adalah ''benda'' energi yang tidak berpasangan, sehingga tidak bisa menjadi energi.
Apakah begitu?
Mengapa ada energi yang tidak berpasangan? Apakah itu terjadi saat pembelahan sel? Bukankah saat sel membelah, ada yang belahannya tidak sempurna seperti hasil kita membelah sumpit?
Sebagai bekas dirut PLN saya berkutat dengan hukum kekekalan energi, kapasitor, konductor, elektron, dan lain-lain. Itu membuat saya lebih mudah memahami buku Prof. Ternyata tubuh kita penuh dengan istilah-istilah itu seperti ditulis di buku Prof. Apakah radikal bebas itu yang membuat elektron dalam tubuh kelebihan/kekurangan?
Saya beberapa kali menjalani stem cell, berbagai macam stem cell. Salah satunya T-cell dan NK cell. Itu tugasnya meregulasi keseimbangan jumlah berbagai jenis cell. Apakah keseimbangan itu juga bisa dilakukan lewat menyeimbangkan elektron?
Suwun Prof. Kalau Prof sulit waktu, saya tidak keberatan salah satu doktor binaan Prof yang menjawab.
Begitu menerima jawaban Prof Sutiman yang sangat rendah hati saya pun cari-cari acara di Malang. Agar sekali dayung beberapa ikan terlampaui.
Saya pun sampai di Rumah Sehat. Sabtu sudah hampir berubah menjadi malam Minggu. Prof Sutiman tetap menunggu kami. Di lantai dua Rumah Sehat itu.
Satu ruang sudah disiapkan secara khusus. Proyektor sudah dipasang. Di layar terbaca huruf kanji. Prof Sutiman memang meraih gelar doktor nanobiologi di Nagoya University. Lalu masih lanjut lagi ambil Complicity
Science di Mie University.
Di ruang itu Prof Sutiman didampingi tiga orang doktor. Yang satu orang doktor biologi, lalu doktor fisika, dan satu lagi doktor big data rangkap artificial intelligence yang tak lain adalah putra beliau sendiri.
Ny Sutiman yang berhasil hidup sehat setelah menderita kanker payudara juga ada di ruang itu.