JAMBI - Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Sultan Thaha Jambi, Octa Irawan, menjelaskan bahwa Provinsi Jambi telah memasuki musim hujan sejak Oktober dan diperkirakan berlangsung hingga April.
“Puncak musim hujan terjadi pada November hingga Desember. Namun, curah hujan di November biasanya lebih tinggi dibandingkan Desember berdasarkan data historis,” ungkap Octa.
Ia menanggapi pertanyaan mengapa beberapa hari terakhir Jambi terasa panas dan tidak hujan.
“Hal ini terjadi karena adanya daerah bertekanan rendah di wilayah selatan Lampung. Massa udara dari Jambi tertarik ke wilayah tersebut, menyebabkan terbentuknya awan konvektif yang menghasilkan hujan di Lampung dan Jawa Barat,” jelasnya.
BACA JUGA:Mantan Sekda Jambi Ridham Priskap Tutup Usia, Gubernur Al Haris Ucapkan Rasa Duka
BACA JUGA:PJ Wali Kota Jambi Tinjau Seleksi Kompetensi Teknis PPPK Tahun 2024
Namun, Octa memastikan bahwa curah hujan di Jambi telah kembali normal.
“Desember adalah puncak musim hujan, jadi curah hujan akan kembali sesuai dengan pola normalnya dalam beberapa hari ke depan,” tambahnya.
Ia juga menjelaskan bahwa cuaca ekstrem dapat terjadi selama musim hujan.
“Cuaca dapat dikatakan ekstrem jika curah hujan mencapai lebih dari 50 mm dalam 24 jam, biasanya disertai kilat dan angin kencang,” ujarnya.
BACA JUGA:PJ Wali Kota Jambi Tinjau Seleksi Kompetensi Teknis PPPK Tahun 2024
Octa mengingatkan bahwa musim hujan bukan berarti hujan terjadi setiap hari tanpa jeda.
“Masih ada hari-hari tanpa hujan, namun mayoritas cuaca di bulan tersebut adalah hujan, sehingga disebut musim hujan,” katanya.
Ia menegaskan, masyarakat perlu waspada terhadap perubahan cuaca, terutama saat intensitas hujan tinggi, karena dapat memicu risiko banjir di beberapa wilayah. (mg06/zen)