MUARABUNGO – Proses pengerjaan box culvert di Jalan Lintas Sumatera Km 60, tepatnya di kawasan Jembatan Bailey, dikeluhkan para sopir dan pengendara. Proyek yang telah dimulai sejak Maret 2025 ini dinilai berjalan lambat dan hingga kini masih dalam tahap penimbunan oleh pihak PUPR bekerja sama dengan perusahaan terkait.
Pantauan di lapangan menunjukkan, hanya satu sisi badan jalan yang telah ditimbun, sementara Jembatan Bailey masih difungsikan sebagai akses sementara bagi kendaraan yang melintas. Akibatnya, sistem buka tutup lalu lintas yang diterapkan menyebabkan antrean panjang dari dua arah, baik dari Sumatera Barat maupun dari Bungo, Jambi.
Setiap hari, kemacetan menjadi pemandangan rutin di kawasan tersebut. Dedi, seorang sopir ekspedisi, mengungkapkan keluhannya kepada media ini. “Kami sangat berharap sekali pada pemerintah agar penimbunan badan jalan yang dipasang box culvert ini dipercepat karena kami sudah mengeluh dengan antrian kemacetan,” ujarnya.
Tak hanya di Km 60, kondisi serupa juga terlihat di Km 52 Jalan Lintas Sumatera. Lokasi ini sempat mengalami longsor pada Februari 2024 lalu, tepatnya di depan perusahaan PT. Starubber. Kini, perbaikan sudah mulai dilakukan, namun publik mempertanyakan transparansi proyek tersebut karena hingga kini belum terlihat adanya papan informasi proyek yang menunjukkan sumber dana maupun nama kontraktor pelaksana.
BACA JUGA:Berangkat 14 Mei, CJH Jambi Kloter 13 Sudah Masuk Asrama
BACA JUGA:Terkait Uang Perpisahan, Dewan Sebut Komite Hanya Kedok Sekolah Memungut Dana ke Orang Tua Siswa
Mustafa, warga Sirih Sekapur, juga mengutarakan harapan serupa. “Kami sangat berharap sekali pada pemerintah agar dipercepat lah pengerjaan box culvert. Kasihan kita para pengendara kena macet. Sekarang sudah bulan Mei 2025, seharusnya pengerjaannya sudah selesai, cuaca juga bagus,” tutur Mustafa.
Kondisi ini menunjukkan perlunya perhatian lebih dari pihak terkait agar proyek-proyek perbaikan jalan, terutama yang berada di jalur vital seperti Jalan Lintas Sumatera, bisa diselesaikan tepat waktu dan transparan. Kemacetan yang berkepanjangan tidak hanya merugikan pengguna jalan, tetapi juga berdampak pada distribusi logistik dan perekonomian masyarakat secara luas. (mai/ira)