Jangan Tunggu Sakit untuk Tahu Pentingnya BPJS Kesehatan

Selasa 13 May 2025 - 18:50 WIB
Reporter : Surya Elviza
Editor : Surya Elviza

JAMBI - Tak perlu tunggu sakit dulu untuk mengetahui pentingnya menjadi peserta BPJS Kesehatan. Setidaknya inilah yang dirasakan oleh Tukinah, perempuan 67 tahun yang berprofesi sebagai penjual jamu gendong.

Ibu 7 anak ini adalah salah satu orang yang memiliki pengalaman, pentingnya memiliki Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) atau yang lebih dikenalnya BPJS Kesehatan.

Pengalaman Tukinah terjadi beberapa waktu lalu, saat dirinya harus dilarikan ke rumah sakit akibat sakit yang diderita. Kala itu, dirinya mengaku tidak memiliki kartu BPJS karena dianggap tidak terlalu penting.

"Sayakan jualan jamu, jadi kalau sakit ya minum jamu. Jadi BPJS saat itu belum penting," jelasnya sembari menuangkan jamu ke dalam gelas.

BACA JUGA:4 Herbal Menurunkan Berat Badan Tanpa Efek Samping

BACA JUGA:Sipkan Tiga Lokasi Sekolah Rakyat

Saat itu Tukinah di diagnosa mengalami infeksi pada saluran pencernaan yang mengharuskannya dirawat di salah satu rumah sakit swasta yang ada di Kota Jambi. 

"Tiga hari saat itu saya dirawat, lumayan biayanya sekitar Rp 4 jutaan kata anak saya,”terangnya.

Kejadian ini membuat sang anak mendaftarkan dirinya untuk jadi peserta BPJS Kesehatan secara mandiri. "Ini mak BPJS mamak, sudah saya daftari," Tukinah menjelaskan sambil menirukan perkataan anaknya. 

Benar saja, 2 bulan setelah keluar dari rumah sakit, Tukinah kembali harus dirawat karena mengalami infeksi pada ginjal akibat bakteri. Lagi-lagi Tukinah pun harus dirawat selama 1 minggu di rumah sakit.  

"Nah sakit yang kedua itu saya dirawat seminggu, cuma kata anak saya sambil tersenyum  tidak perlu keluar biaya karena sudah ditanggung BPJS,"ungkapnya.

Beda cerita Tukinah dengan Devi. Devi, seorang guru honorer yang kini baru saja diangkat PPPK di Merlung Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Perempuan tamatan SI ekonomi ini menyebut, jika saat ini dirinya sudah merasa aman dan lega sejak JKN aktif.

Devi menceritakan pengalamannya saat anaknya sakit dan harus dirujuk ke Kota Jambi untuk mendapatkan perawatan. Berbagai upaya dilakukannya untuk memenuhi biaya pengobatan anaknya.

"Mana harus cari uang agar anak bisa berobat karena dirujuk dan dirawat selama tiga hari. Tahu sendirilah gaji honorer berapa sebab biaya yang kami keluarkan lumayan besar,” ujarnya.

Dirinya mengaku harus membayar biaya rumah sakit secara mandiri karena BPJS nya sudah lama tidak aktif.

Kategori :