"Setiap orang mental nya beda-beda, setiap orang punya limitnya masing-masing, ibarat kita ngelempar batu, mudah kan? Tapi kita ga pernah tau El,An, seberapa dalam batu itu tenggelam. Kadang yang kita anggap candaan semata, bisa aja nyinggung perasaan orang lain dan ketika kita punya sifat kaya gitu dan memberlakukan itu ke semua orang, rasa nya itu ga adil, bahkan bisa aja kita di cap sebagai orang yang ga profesional dalam mengendalikan diri kita sendiri, kita bukan anak kecil lagi yang selalu ingin di mengerti semua orang," ucap ku menekan setiap kata.
"Kita udah beranjak dewasa, seharusnya seiring berjalannya waktu, bukan kah kita harus lebih bijak dalam bersikap, dan juga rasa nya aku ga perlu berceloteh panjang kali lebar lagi, permisi," kata ku menjauh dari hadapan mereka berdua.
Di sepanjang perjalanan tangis ku pecah, bahkan aku tidak begitu jelas melihat arah jalan, sampai ketika aku mendengar suara teriakan yang sangat ku kenali, itu suara Ana dan Elsa.
"Chantikaaaaa, AWASS !!!" aku masih tidak mengerti dengan kata-kata mereka, dengan cepat aku menoleh, di depan ku mobil melaju begitu kencang, tak membiarkan ku untuk berpindah tempat, seketika semuanya gelap.
BACA JUGA:Sosok Nike Ardilla yang Belum Banyak Orang Tahu
"Permisi-permisi, itu sahabat saya, permisii," kata Ana tergesa-gesa begitupun dengan Elsa.
"Innalilahi wa innailaihi roji'un meninggal di tempat," kata salah satu warga yang mengecek kondisi perempuan tersebut.
"Hah ga, ga mungkin pak, ga mungkin, tolong pak,bu, panggilkan ambulans," ucap Ana berusaha menahan air matanya.
Di sisi lain Elsa sudah menangis sesegukan sedari tadi, sambil bergumam tidak jelas.
BACA JUGA:Heboh! Tongkang Batubara di Jambi Hilang Kendali Hingga Tabrak Tiang Jembatan Gentala Arasy
BACA JUGA:Sinopsis Film Geostorm,Cuaca Ekstrem Ancam Dunia
Rintikan hujan mulai terdengar lembut dan semakin lama semakin berlomba-lomba membasahi bumi, seorang gadis cantik kini berada di atas gundukan tanah, nisan yang bertuliskan Chantika binti Husein telah di nyatakan meninggal akibat kecelakaan 1 tahun lalu.
"Chan, maaafin kita yaa, aku, akkkuu," ucap Elsa tak mampu mengeluarkan kata-katanya. Kali ini dia sendiri, Ana berada di rumah sakit jiwa, di duga depresi berat dan terus-terusan menyalahkan kematian Chantika karena nya, segala usaha sudah Elsa coba, tapi sampai saat ini belum membuahkan hasil.
"Maaaf untuk semuanya Chan, aku sadar bahwa kata maaf pun tak kan cukup dan tak kan merubah keadaan tapi yang pasti aku menyadari satu hal, bahwa dirimu dan Ana tetap menjadi sahabat terbaikku sampai kapanpun" ucap Elsa menahan Isak tangisnya.
Aku menutup kembali diary yang aku baca, diary usang yang masih terawat dengan baik, yang tak sengaja ku temukan di kamar ibu ku.(*)