JAMBI – Akhir Februari nanti, para sopir angkutan batu bara yang terdampak penghentian operasional angkutan batu bara lewat jalan nasional, akan menerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) dari Pemprov Jambi.
Ini sesuai dengan janji Gubernur Jambi, Al Haris pada saat Instruksi Gubernur (Ingub) tentang optimalisasi jalur sungai untuk batu bara keluar awal Januari lalu.
Johansyah, Kepala Biro Ekonomi Pembangunan (Ekbang) Setda Provinsi Jambi mengatakan BLT itu diberikan selama dua bulan. Satu bulan senilai Rp 200 ribu. Namun, BLT itu akan diberikan dalam bentuk Sembako.
Johansyah mengatakan, saat ini proses penganggarannya sudah dalam tahap penyelesaikan. Sehingga paling lambat akhir Februari, BLT itu bisa diberikan kepada para sopir.
BACA JUGA:Raffi Ahmad Bantah Tuduhan ICW
Johansyah mengatakan, ada lebih dari 5.000 data sopir batu bara telah masuk dan tengah dalam tahap verifikasi untuk memastikan bantuan BLT ini tepat sasaran.
"Kami bermitra dengan Bulog dan penyalurannya akan dilakukan melalui layanan Pos," tambah Johansyah.
Ditanyakan mengenai anggaran BLT tersebut, Johansyah mengatakan BLT ini bersumber dari Belnja Tak Terduga (BTT) Pemprov Jambi.
Sementara itu, para sopir angkutan batu bara yang tidak beroperasi di bawah perusahaan batu bara, nampaknya pasrah menerima kondisi saat ini.
BACA JUGA:Polsek Jujuhan Tangkap Pelaku Curas, Lukai Korban dengan Pisau
Tursiman, Ketua Komunitas Sopir Batu Bara (KS-Bara) mengatakan, pihaknya hanya menunggu kapan BLT itu akan diberikan.
Menurutnya, pihaknya terakhir kali berkomunikasi dengan Pemprov Jambi beberapa waktu, ketika pendataan sopir batu bara. Setidaknya, ada sekitar 2.500 lebih sopir yang berada di dalam KS-Bara.
“Ya namanya dikasih, kami sifatnya hanya menunggu saja,” kataya.
Dia mengatakan, saat ini kondisi sopir semakin sembrawut. Yang beroperasi dari mulut tambang ke lima pelabuhan yang telah ditentukan pada untuk mobilisasi batu bara lewat sungai, adalah sopir yang berada di bawah perusahaan tambang batu bara.
BACA JUGA:Ulang Tahun
“Yang beroperasi itu sekarang sopir dari PT. Mereka kan tidak memikirkan biaya bensin, mobil rusak, mereka menerima upah bersih mengangkut batu bara, karena mobil milik PT,” katanya.
Sementara yang berada di bawa KS-Bara ini, menurutnya adalah sopir yang lepas yang memiliki sendiri truk batu bara. Sehingga, ketika ongkos angkut yang ditetapkan perusahaan beberapa waktu lalu disetujui sopir, maka para sopir tidak akan mendapatkan untung.
“Ongkosnya tidak sesuai. Sopir harus beli BBM sendiri, kemudian kalau mobil rusak, juga perbaiki sendiri. Jadinya nombok. Akhirnya sekarang mereka tidak narik,” katanya.
Mengenai diskusi dengan perusahaan mengenai ongkos angkut, Tursiman mengatakan hingga saat ini belum ada pertemuan dengan pihak perusahaan.
BACA JUGA:Prabowo: Setengah Darah Saya Adalah Minahasa
“Belum ada pertemuan, nampaknya sopir yang bukan dari PT ini, ditinggalkan. Tidak ada upaya negosiasi ongkos lagi,” tandasnya. (enn)