Prof Hanifah-lah yang menjadi ketua tim transplantasi hati Harry Wahyu.
BACA JUGA:Prabowo Ajak Seluruh Pihak Bersatu Hilangkan Korupsi
BACA JUGA:Mahfud Beri Penjelasan Kenapa Tidak Hadir di Penetepan Prabowo-Gibran
Ahli yang lain adalah Prof Dr dr Toar J. M. Lalisang SpB-KBD.
Prof Toar lahir di Oegstgeest, Belanda 1 Juni 1957. Tapi SMP, SMA di Jakarta. Lalu masuk UI, ambil spesialis bedah di UI, konsultan pencernaan di UI dan jadi guru besar juga di UI (2021).
Sukses transplant hati Harry ini membuat RSCM/UI sudah tepercaya melakukannya. Tidak harus di luar negeri lagi.
Tentu yang dilakukan Harry adalah transplant separo hati. Bukan seperti yang saya lakukan 17 tahun yang lalu.
BACA JUGA:Sah! KPU Resmi Tetapkan Prabowo-Gibran Jadi Presiden dan Wapres Terpilih
BACA JUGA:Tim PKK Alam Barajo menjadi Perwakilan Kota Jambi dalam Jambore PKK se Provinsi Jambi
Awalnya Harry, 54 tahun, kena demam berdarah. Ketika melakukan pemeriksaan diketahuilah bahwa SGOT/SGPT-nya sangat tinggi: di atas 100. Padahal paling tinggi seharusnya hanya boleh 42.
Itu setahun yang lalu. Harry pun pergi ke Malaka. Berobat ke sana. Orang Minang dan Riau memang suka berobat ke Malaka –seperti orang Medan suka ke Penang.
Di sana dilakukan pemeriksaan standar. Diketahuilah hatinya membesar. Lalu saluran darahnya juga membesar. Tiga bulan kemudian diminta datang lagi ke Malaka.
Kedatangannya ke kali ini untuk MRI: diketahuilah hatinya sirosis. Dokter di sana pun merasa aneh. Harry tidak mengidap hepatitis apa pun. Kok bisa kena sirosis.
BACA JUGA:Punya Visual yang Beda, Sidharta Suguhkan Film Horor
BACA JUGA:Jangan Mudah Percaya, Ternyata 5 Zodiak Ini Terkenal Karena Kebohongannya
Maka Malaka menyarankan agar Harry transplant. Harus cepat. Dalam satu tahun. Sebabnya: sudah ada kanker di hati Harry.