Tambang Gethuk
Dahlan iskan--
Itulah sebabnya ketika mendapat tawaran hibah tambang NU langsung mengajukan permohonan.
"Jangankan tambang batu bara, sampeyan-sampeyan ini ditawari gethuk saja mau," gurau Gus Yahya. Gethuk adalah makanan berasal dari singkong yang ditumbuk halus.
BACA JUGA:Sani Ajak Pelihara Kerukunan, Termasuk Jaga Warisan Budaya Leluhur
BACA JUGA:Aswan: Diselesaikan Secara Adat, LAM Tak Bisa Intervensi Ranah Hukum
Batubara warnanya hitam. Gethuk warnanya putih.
Kenapa NU mengajukan permohonan itu? "Ya karena jelas, kita butuh itu," katanya.
Gus Yahya lantas berseloroh sambil menunjuk hadirin dari kalangan NU. "Coba lihat sampeyan-sampeyan ini, melarat semua. Sudah berapa lama melarat seperti ini," katanya.
"Warga NU itu saking sudah lamanya melarat sampai pun imajinasi untuk menjadi kaya saja tidak punya," katanya.
BACA JUGA:6 Pilar Diapresiasi Tim Asesor, Pj Walikota Jambi Paparkan Perkembangan Smart City
BACA JUGA:Dua Izin Moratorium Dicabut, Yon: Sudah Lalui Pertimbangan dan Kajian
Gus Yahya rupanya juga mendengar sorotan ini: mengapa tidak mengutamakan penggalangan iuran anggota saja. Kalau setiap warga NU urunan Rp 2.000 saja seminggu sekali, hasilnya sudah lebih banyak dari tambang
batu. bara. Apalagi pasti banyak yang tidak sekadar Rp 2 000 --harga sebatang rokok yang paling murah.
Si pengusul kelihatannya belum pernah jadi pengurus ormas: betapa sulitnya mengumpulkan iuran dari anggota. Padahal, kewajiban iuran itu sudah ditegaskan dalam konstitusi ormas: di anggaran dasar dan anggaran rumah tangga mereka.
Mungkin hanya Muhammadiyah yang relatif bisa menjalankan amanat konstitusi organisasi itu.
BACA JUGA:Singapura Butuh 3 Bulan Bersihkan Tumpahan Minyak di Pantai Sentosa dan Palawan