Bus Bukan

Dahlan iskan--

Saya pun bertanya: mengapa mau bikin pabrik di daerah sepedalaman itu. Bagaimana ia bisa ekspor ke Indonesia. Bukankah harus mengangkut produknya pakai truk ribuan kilometer ke arah pelabuhan internasional? Atau harus diangkut pakai kereta api selama dua hari ke pelabuhan yang mana pun? 

Inilah jawabnya: pemda kabupaten setempat menanggung biaya transportasi barangnya dari stasiun kereta api terdekat ke pelabuhan nun jauh di pantai. 

BACA JUGA:Maskapai Diminta Tambah Penerbangan

BACA JUGA:Mulai Dibuka Hari Ini, Pendaftaran CPNS di Kota Jambi

Dan itu bukan hanya janji. Sudah jalan. Pabriknya sudah beroperasi. Sudah ekspor ke Indonesia. Barang dari pabriknya yang di Tiongkok itu jadi bahan baku untuk pabriknya yang di Indonesia. 

Zhuzhou pun melakukan banyak tawaran fasilitas mirip itu. Sampai-sampai perusahaan raksasa Tiongkok, CRRC, mau bikin pabrik di Zhuzhou. Besar sekali. Kemampuan risetnya juga besar. Salah satunya meriset 

 kendaraan massal dalam kota yang lebih fleksibel. 

Lahirlah bus gandeng yang bukan bus. Atau kereta yang bukan kereta. Desain dalamnya seperti kereta bawah tanah. Teknologi gandengan antar gerbongnya seperti kereta bawah tanah. Ada yang gandeng tiga, ada pula yang gandeng lima. 

BACA JUGA:Samsat Batanghari Luncurkan Program Pemutihan Pajak Kendaraan Bermotor Untuk Memperingati HUT RI Ke-79

BACA JUGA:Latihan Pra Ops Lat Praja Siginjai 2024 Diresmikan oleh Wakapolda Jambi

Barang itu tidak bisa disebut kereta karena rodanya ban karet. Tidak bisa disebut bus karena memang bukan bus. Yang gandeng tiga bisa memuat 90 sampai 300 orang. Yang lima gandeng bisa untuk 150 sampai 500 orang. 

Kelebihannya: tidak harus di bawah tanah. Juga tidak perlu pakai rel baja. Barang itu berjalan sesuai dengan penunjuk jalan yang digambar di atas aspal. Bentuknya garis-garis. Penanda itulah yang dibaca oleh pemindai. 

Di Zhuzhou sendiri sudah diuji secara detail. Tahun 2018 sudah resmi mulai dipakai. Setelah dievaluasi hasilnya baik. Lalu jalurnya pun ditambah. Tidak hanya jalur timur-barat, juga utara selatan. Rute 1 dari ujung timur kota ke ujung barat. Rute 2 dari pinggir utara kota ke pinggir selatan. 

Malaysia sudah lama serius akan menggunakannya. Batal. Setelah diseriusi ternyata malah bikin macet. Terutama karena lebar badan jalan yang diperlukan hampir separo jalan sendiri. 

BACA JUGA:Proses Ganti Rugi SDN 212: Pembayaran Melalui PN Jambi

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan