Lima Kenikmatan Sederhana yang Mulai Hilang di Era Layar

-IST/Jambi Independent-Jambi Independent j

Di era digital saat ini, layar ponsel telah menjadi teman setia dari pagi hingga malam. Notifikasi, scrolling media sosial, hingga balasan pesan seolah tak memberikan ruang jeda. Meski teknologi memberikan banyak kemudahan, tanpa disadari, ada sejumlah kenikmatan hidup sederhana yang perlahan menghilang.

Berikut lima kenikmatan hidup yang kerap terlupakan akibat dunia yang terlalu sibuk dengan layar, seperti dilansir dari DMNews:

1. Mengobrol Tanpa Gangguan

Dulu, obrolan tatap muka terasa hangat tanpa distraksi layar. Bertemu teman untuk ngopi berarti benar-benar hadir—mendengarkan, menanggapi, dan tertawa bersama. Kini, momen seperti itu makin jarang terjadi. Istilah phubbing—yakni menelantarkan lawan bicara demi ponsel—kian marak. Menurut Healthline, 32% orang mengalaminya dua hingga tiga kali sehari. Artinya, banyak percakapan yang terputus, banyak kontak mata yang terlewat. Padahal, hadir sepenuhnya untuk seseorang adalah bentuk koneksi manusiawi yang tak tergantikan oleh teknologi.

BACA JUGA:Makanan dan Kesehatan Mental: Bisa Pengaruhi Tingkat Stres dan Kecemasan

BACA JUGA:3 Kebiasaan Bisa Gagalkan Diet

2. Tenggelam dalam Buku

Membaca buku hingga lupa waktu kini menjadi kemewahan tersendiri. Godaan untuk mengecek notifikasi membuat konsentrasi terpecah. Waktu membaca yang seharusnya intim berubah menjadi aktivitas sambil lalu. Akibatnya, kenikmatan mendalam dari menyelami cerita atau ide pun perlahan menghilang.

3. Berjalan Tanpa Tujuan

Berjalan kaki tanpa arah atau target kini terasa asing. Dahulu, berjalan adalah momen eksplorasi—menemukan gang kecil, kedai kopi tersembunyi, atau hanya menikmati suasana sekitar. Sekarang, semuanya direncanakan. Google Maps menentukan arah, playlist menemani langkah, kamera siap merekam. Kebebasan spontan menghilang, bersama dengan kejutan-kejutan kecil yang dulu sering ditemukan di tengah perjalanan.

4. Melamun

Melamun—aktivitas yang sering dianggap membuang waktu—justru dulu menjadi pintu masuk menuju kreativitas. Saat bosan, pikiran bebas mengembara. Kini, setiap jeda kecil langsung diisi dengan membuka ponsel. Rata-rata orang menghabiskan lebih dari empat jam sehari di layar, mayoritas pada aplikasi yang menuntut perhatian terus-menerus. Padahal, melamun bisa menjadi sumber ide baru, refleksi, atau sekadar menyegarkan pikiran.

5. Tidak Melakukan Apa-Apa

Istirahat total tanpa target atau tuntutan kini nyaris tak dikenal. Waktu luang dianggap harus diisi: menonton, belajar, mengunggah konten. Padahal, menurut pakar kesejahteraan Robyne Hanley-Dafoe Ed.D., memberikan ruang untuk ‘tidak melakukan apa-apa’ justru membuat kita hadir lebih utuh—untuk diri sendiri dan orang lain. Sayangnya, ruang kosong dalam hidup makin terpinggirkan. Kita kehilangan momen bernapas, dan itu bukan kehilangan yang sepele.(*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan