Pola Asuh VOC: Kontroversi antara Disiplin Ketat dan Dampaknya pada Perkembangan Anak
Pola Asuh VOC: Kontroversi antara Disiplin Ketat dan Dampaknya pada Perkembangan Anak --
JAMBIKORAN.COM - Istilah Parenting VOC belakangan ini menjadi perbincangan hangat di media sosial, memicu berbagai reaksi pro dan kontra di kalangan orang tua serta masyarakat umum.
Pola asuh ini bukan merujuk pada Vereenigde Oostindische Compagnie (Perusahaan Hindia Timur Belanda), melainkan digunakan sebagai metafora untuk gaya pengasuhan yang keras, disiplin ketat, dan cenderung otoriter.
Dalam pendekatan ini, orang tua cenderung menuntut kepatuhan penuh dari anak tanpa memberi ruang untuk kompromi atau diskusi.
Ciri-Ciri Pola Asuh VOC dan Kontroversinya
BACA JUGA:3 Menu Sarapan Terbaik Penderita Diabetes
BACA JUGA:10 Makanan Bantu Turunkan Berat Badan dengan Cepat
Pola asuh VOC biasanya ditandai dengan aturan yang sangat kaku dan tidak bisa dinegosiasikan.
Orang tua yang mengadopsi gaya ini sering menerapkan komunikasi satu arah, tanpa memberi kesempatan kepada anak untuk mengungkapkan perasaan atau pendapatnya.
Hukuman, baik fisik maupun verbal, sering kali digunakan sebagai alat untuk mendisiplinkan anak.
Meskipun kontroversial, ada beberapa pendukung yang melihat pola asuh ini sebagai cara untuk membentuk anak yang tangguh, disiplin, mandiri, dan tahan banting di era modern.
BACA JUGA:Cegah Uban di Rambut dengan Mengonsumsi Makanan Sehat
BACA JUGA:Timnas Voli Putri dapatkan Medali Perak, Setelah Takluk 2-3 dari Iran
Bahkan, beberapa kreator konten yang mengusung pola asuh ini mengklaim bahwa metode tersebut efektif untuk mendidik anak-anak yang kuat dan patuh.
Namun, para ahli psikologi anak memperingatkan bahwa pola asuh VOC berisiko menimbulkan dampak buruk bagi perkembangan emosional dan psikososial anak.