Batik Bungo, Warisan Budaya dengan Sentuhan Elegan

ELEGAN : Batik Bungo yang merupakan warisan budaya Jambi.-SITI HALIMAH/JAMBI INDEPENDENT-Jambi Independent
MUARA BUNGO– Dalam upaya melestarikan budaya bangsa, khususnya di Kabupaten Bungo, sejumlah masyarakat memilih untuk menjadi pengrajin Batik Bungo. Kain batik khas ini memiliki corak dan motif tersendiri dengan teknik lukis tradisional yang diwariskan secara turun-temurun.
Tak mengherankan jika Batik Bungo selalu menampilkan nuansa indah dan elegan, serta memiliki kualitas terjamin untuk dipasarkan baik di tingkat lokal maupun nasional.
Tutik, salah satu pengrajin Batik Bungo, mengungkapkan bahwa jumlah pengrajin saat ini masih tergolong sedikit, hanya sekitar 30 orang. Pemasaran pun masih terbatas melalui Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Bungo dan penjualan langsung oleh para pengrajin.
“Harapan kami, pemerintah daerah bisa memberikan dukungan, terutama dalam memperluas pemasaran Batik Bungo ke tingkat nasional. Dengan begitu, batik khas daerah kita bisa semakin dikenal dan diminati,” ujar Tutik.
BACA JUGA:Alat Pemantau Kualitas Udara di Tebo Rusak
Selain batik, Kabupaten Bungo juga memiliki warisan budaya lain yang tak kalah menarik, yakni Lacak Jambi.
Salah satu pengrajin dan pegiat Lacak, Nurlacak, menjelaskan bahwa Lacak Jambi secara umum sudah dikenal hingga tingkat nasional bahkan internasional. Namun, untuk Lacak yang mengadopsi motif Batik Bungo, sosialisasinya masih perlu ditingkatkan.
Menurut Nurlacak, Lacak Batik Bungo memiliki potensi besar untuk menjadi bagian dari tren fesyen, khususnya bagi generasi muda.
“Kita ingin anak-anak muda tidak hanya mengenal Lacak sebagai pelengkap busana tradisional, tetapi juga memahami nilai budaya yang terkandung di dalamnya. Menggunakan Lacak Batik Bungo berarti ikut berkontribusi melestarikan budaya daerah,” katanya.
Pengrajin Batik Bungo dan Lacak Batik Bungo berharap adanya kolaborasi antara pemerintah daerah, pelaku usaha, serta komunitas kreatif untuk mengembangkan promosi dan pemasaran produk budaya ini.
Strategi pemasaran modern, seperti memanfaatkan media sosial, pameran nasional, hingga platform e-commerce, dinilai dapat membuka peluang lebih luas.
Dengan jumlah pengrajin yang terbatas, dukungan pelatihan dan pendampingan juga menjadi hal penting agar keterampilan membatik dan membuat Lacak terus terjaga.
Hal ini tidak hanya berdampak pada pelestarian budaya, tetapi juga berpotensi menjadi sumber penghasilan yang berkelanjutan bagi masyarakat.