Mengenang Acil Bimbo: Musisi Legendaris, Budayawan, dan Pecinta Alam

Acil Bimbo membawakan lagu "Pesan Dalam Nada" saat tampil mengisi kegiatan Sosialisasi Program Amnesty Pajak di Gedung Anjong Mon Mata, Banda Aceh.-ANTARA/Ampelsa-
Tak hanya itu, saat pandemi COVID-19 melanda, Bimbo kembali hadir dengan lagu berjudul “Corona”, yang sempat viral karena banyak warganet mengira lagu tersebut dibuat puluhan tahun sebelumnya.
Latar Belakang dan Pendidikan
Acil lahir di Bandung pada 20 Agustus 1943 sebagai anak kedua dari tujuh bersaudara. Ayahnya, Raden Dajat Hadjakusumah, pernah menjabat sebagai Kepala LKBN ANTARA Biro Jawa Barat.
Acil merupakan lulusan Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran (Unpad) tahun 1974 dan melanjutkan studi kenotariatan pada 1994 di universitas yang sama.
BACA JUGA:Manfaat Personal Branding di Media Sosial, dari Karir hingga Tambah Penghasilan
BACA JUGA:7 Tips Menjaga Kulit Tetap Lembap dan Sehat di Ruangan Ber-AC
Ia menikah dengan Ernawati dan dikaruniai empat orang anak serta sejumlah cucu, termasuk dua cucu perempuannya yang dikenal publik sebagai mantan personel JKT48: Hasyakyla Utami dan Adhisty Zara.
Dedikasi untuk Budaya dan Lingkungan
Lebih dari sekadar musisi, Acil Bimbo dikenal sebagai budayawan dan aktivis lingkungan. Ia pernah memimpin LSM Bandung Spirit dan aktif berbicara tentang pentingnya menjaga kearifan lokal dan budaya Sunda.
Dalam berbagai forum budaya, Acil menyuarakan keprihatinannya terhadap kurangnya dokumentasi tertulis mengenai kesundaan.
BACA JUGA:11 Makanan untuk Pencernaan Sehat, Cegah Gangguan Perut
BACA JUGA:Al Haris Lantik Direksi Baru Bank Jambi
Menurutnya, budaya Sunda lebih mengandalkan tradisi lisan, yang lambat laun berisiko hilang. Ia juga menyoroti makin memudarnya nilai-nilai kebersamaan di tengah masyarakat Sunda, yang mulai tergerus oleh sikap individualistis.
“Bangsa kita sedang sakit keras,” ucap Acil dalam sebuah seminar di Garut tahun 2009. Ia mengajak masyarakat Sunda untuk kembali pada nilai-nilai luhur seperti gotong royong dan kesopanan dalam bermasyarakat — seperti pepatah Sunda "ngajaga lembur", "akur jeung dulur", dan "panceug dina galur".
Kepedulian Terhadap Alam
Kecintaannya terhadap lingkungan juga tercermin dalam kritiknya terhadap kondisi hutan di Jawa Barat, khususnya di kawasan Tangkuban Parahu yang ia sebut telah rusak.
BACA JUGA:Bupati Merangin H. M. Syukur: Alhamdulillah, Jalan Sungai Pinang–Ngaol Kini Lancar Dilalui
BACA JUGA:Dukcapil Tebo Butuh 50 Ribu Blanko e-KTP, Jelang Pilkades Serentak Desa Pemekaran