Ahli Gizi RSCM: Atur Waktu Sarapan dan Olahraga Pagi Sesuai Tujuan Latihan

Ilustrasi - Olahraga Pagi-Pinterest @Ibloxin-
JAMBIKORAN.COM – Hubungan antara sarapan dan olahraga pagi kerap menjadi perdebatan di kalangan masyarakat, terutama bagi mereka yang sedang menjalani program kebugaran, diet, maupun pembentukan otot.
Menurut ahli gizi dari Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, penentuan waktu sarapan perlu disesuaikan dengan tujuan olahraga yang dijalani agar manfaatnya lebih optimal.
Setiap orang memiliki tujuan yang berbeda ketika berolahraga, mulai dari membakar lemak, meningkatkan performa, hingga membentuk massa otot.
Oleh karena itu, kebutuhan energi dan waktu makan sebelum latihan harus disesuaikan dengan target tersebut.
BACA JUGA:Bareskrim Polri Dampingi Penanganan, Kasus Keracunan Makan Bergizi Gratis
BACA JUGA:Bahaya Minum Teh Saat Perut Kosong: Picu Asam Lambung hingga Gangguan Pencernaan
Bagi individu yang berolahraga dengan tujuan meningkatkan performa, seperti melakukan latihan beban atau berfokus pada pembentukan otot, sarapan ringan sebelum memulai aktivitas menjadi langkah penting.
Asupan karbohidrat dan protein dianjurkan karena berfungsi sebagai bahan bakar energi serta membantu mengurangi risiko kerusakan otot saat berlatih.
Namun, jika tujuan olahraga pagi adalah membakar lemak, latihan dapat dilakukan dalam kondisi perut kosong atau sebelum sarapan.
Kondisi ini mendorong tubuh untuk lebih banyak menggunakan lemak sebagai sumber energi, sehingga membantu peningkatan oksidasi lemak.
BACA JUGA:Bahaya Minum Teh Saat Perut Kosong: Picu Asam Lambung hingga Gangguan Pencernaan
BACA JUGA:Dorong Sistem Proporsional Tertutup Dalam Revisi UU Pemilu
Metode ini dianggap bermanfaat bagi individu dengan obesitas maupun diabetes tipe 2 karena dapat memperbaiki profil lemak serta meningkatkan sensitivitas insulin.
Meski demikian, olahraga tanpa sarapan juga memiliki risiko yang tidak bisa diabaikan. Aktivitas fisik dalam kondisi perut kosong berpotensi menurunkan performa, meningkatkan rasa lelah, hingga mempercepat pemecahan protein otot yang berujung pada berkurangnya massa otot.
Selain itu, pada sebagian orang, kondisi ini dapat menyebabkan hipoglikemia ringan, pusing, atau penurunan konsentrasi, terutama saat berolahraga dengan intensitas tinggi.
Oleh karena itu, pemilihan waktu sarapan sebaiknya mempertimbangkan kondisi kesehatan, tujuan olahraga, serta intensitas latihan yang dijalani.
BACA JUGA:Cak Imin: Prabowo Berhasil Pidato dengan Baik
BACA JUGA:Komitmen Sejalan dengan Presiden Prabowo Jaga Pangan
Bagi individu yang sehat, fleksibilitas dalam mengatur pola makan dan olahraga bisa diterapkan dengan memperhatikan respons tubuh.
Sementara itu, bagi penderita obesitas atau diabetes, olahraga sebelum sarapan memang dapat memberikan manfaat metabolik, tetapi harus dilakukan secara hati-hati dengan memantau tanda-tanda hipoglikemia.
Selain pengaturan waktu makan, ahli gizi juga menekankan pentingnya menjaga pola makan bergizi seimbang.
Olahraga pagi yang dilakukan secara konsisten perlu diimbangi dengan asupan nutrisi lengkap agar tubuh tetap sehat, metabolisme tetap stabil, serta tidak menimbulkan efek negatif dalam jangka panjang.
BACA JUGA:Satgas Karhutla Resmi Dibubarkan
BACA JUGA:Maulana Peringatkan Guru dan Nakes PPPK, Akan Lakukan Evaluasi Kinerja Secara Berkala
Kesimpulannya, sarapan dan olahraga pagi adalah dua hal yang saling berkaitan erat. Sarapan sebelum olahraga lebih tepat bagi mereka yang mengincar performa dan peningkatan massa otot,
sedangkan olahraga sebelum sarapan dapat menjadi strategi bagi mereka yang ingin membakar lemak atau memperbaiki metabolisme.
Namun, setiap pilihan tetap harus disesuaikan dengan kondisi kesehatan, kebutuhan tubuh, serta tujuan kebugaran yang ingin dicapai. (*)