Quiet Luxury: Narasi Baru Kemewahan dalam Gaya Hidup Modern 2025

Quiet luxury berkembang dari sekadar tren fashion menjadi filosofi hidup yang mencerminkan perubahan nilai dalam masyarakat.--

JAMBIKORAN.COM - Di tengah arus kehidupan yang serba cepat dan bising, muncul sebuah pendekatan baru terhadap konsep kemewahan yang lebih tenang, elegan, dan reflektif.

Fenomena ini dikenal dengan istilah quiet luxury, sebuah pendekatan yang tidak hanya meredefinisi cara berpakaian, tetapi juga membentuk pola pikir dan gaya hidup yang lebih sadar dan berkelanjutan.

Berbeda dari citra kemewahan konvensional yang kerap ditandai dengan logo mencolok dan status simbol yang eksplisit, quiet luxury menawarkan estetika yang lebih subtil.

Ciri khasnya terletak pada kualitas tinggi, desain minimalis, dan craftsmanship unggul yang tidak selalu terlihat, namun terasa dan tahan lama.

BACA JUGA:Dana Desa: Stimulus Perekonomian Melalui Koperasi Desa Merah Putih

BACA JUGA:Antara Potensi Amorim dan Spekulasi Pergantian

Pakaian berbahan kasmir, aksesoris kulit buatan tangan, serta furnitur berbahan alami dengan desain bersih, menjadi perwujudan nyata dari tren ini.

Di tahun 2025, quiet luxury berkembang dari sekadar tren fashion menjadi filosofi hidup yang mencerminkan perubahan nilai dalam masyarakat.

Di tengah kejenuhan terhadap konsumsi berlebihan dan tekanan sosial akibat eksistensi digital, semakin banyak individu yang beralih pada kehidupan yang lebih sederhana, otentik, dan penuh kesadaran.

Gaya hidup ini mengutamakan kualitas dibanding kuantitas. Dalam praktiknya, ini tampak dalam berbagai aspek kehidupan seperti dari memilih pakaian berkualitas tinggi yang mampu bertahan bertahun-tahun, hingga menciptakan ruang hunian yang tenang, minimalis, dan fungsional.

BACA JUGA:Michael Carrick, Pilihan Masuk Akal

BACA JUGA:Kursi Kepelatihan MU Kembali Memanas

Material alami, warna-warna netral, serta pencahayaan lembut menjadi elemen penting dalam menciptakan suasana yang damai dan nyaman.

Lebih jauh, quiet luxury juga memengaruhi cara individu mengonsumsi pengalaman. Alih-alih melakukan pembelian impulsif atau mengejar tren sesaat, fokus beralih pada hal-hal yang memiliki nilai emosional dan keberlanjutan jangka panjang.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan