Asam Lambung Tak Lagi Identik dengan Usia Tua, Ini Alasannya Anak Muda Rentan

Asam Lambung Tak Lagi Identik dengan Usia Tua, Ini Alasannya Anak Muda Rentan--
JAMBIKORAN. COM - Gangguan asam lambung atau refluks gastroesofageal kini makin sering dialami anak muda Indonesia.
Kondisi yang dulu identik dengan usia lanjut ini justru banyak muncul pada kelompok usia produktif 20–35 tahun.
Para ahli menyebut, akar masalahnya bukan sekadar pola makan yang salah, melainkan cara berpikir generasi muda terhadap tubuh mereka sendiri.
Menurut Deray, pembicara kesehatan di platform Kelas Pakar, banyak anak muda menjadikan asam lambung sebagai “alasan sah” untuk menghindari gaya hidup sehat.
BACA JUGA:99,7% Warga Jambi Sudah Tercover BPJS, Ini Langkah Pemkot untuk Tahun Depan
BACA JUGA:Kebakaran Hebat di Penjaringan Jakarta Utara, Lima Warga Terluka dan 20 Rumah Ludes Terbakar
Mulai dari tidak bisa berolahraga, tidak bisa berpuasa, hingga harus sarapan pagi, semua dikaitkan dengan kekhawatiran asam lambung naik.
Ia menilai, sebagian besar keluhan tersebut bukan semata akibat gangguan fisik, melainkan efek dari persepsi dan sugesti diri yang salah.
Secara ilmiah, tubuh manusia memiliki dua mode utama: fight or flight (lawan atau lari) dan rest and digest (istirahat dan cerna).
Saat seseorang menganggap puasa atau telat makan sebagai ancaman, tubuh akan masuk ke mode fight or flight.
BACA JUGA:Rupiah Berpeluang Menguat, Ketegangan Dagang AS-China Mulai Mereda
Energi difokuskan untuk bertahan hidup, bukan untuk mencerna makanan. Akibatnya, produksi asam lambung menurun, penyerapan nutrisi terganggu, dan otot menjadi lebih tegang.
Sebaliknya, ketika tubuh berada dalam keadaan rileks mode rest and digest proses pencernaan berjalan optimal, asam lambung diproduksi dengan cukup, dan penyerapan nutrisi berlangsung maksimal.