Pola Asuh VOC: Kontroversi antara Disiplin Ketat dan Dampaknya pada Perkembangan Anak
Pola Asuh VOC: Kontroversi antara Disiplin Ketat dan Dampaknya pada Perkembangan Anak --
BACA JUGA:Jumlah penumpang Whoosh Naik 6,3 Persen, Periode Januari-Oktober 2025
Anak-anak yang tumbuh dengan minimnya ruang untuk berdiskusi cenderung kesulitan beradaptasi dalam lingkungan sosial.
Mereka mungkin mengaitkan kepatuhan dengan kasih sayang, menciptakan hubungan emosional yang tidak sehat.
Akibatnya, mereka menjadi individu yang kaku dan kurang percaya diri di luar rumah.
4. Potensi Pemberontakan
BACA JUGA:Airlangga: Perekonomian Nasional Tunjukkan Tren Positif
BACA JUGA:Golkar Dukung Menteri ESDM Lawan Kutukan Sumber Daya Alam
Pada akhirnya, anak yang terlalu banyak dikontrol dan dibatasi mungkin akan menunjukkan perilaku pemberontakan saat dewasa.
Mereka bisa merasa tertekan dan berusaha mencari kebebasan yang lebih besar.
Pola Asuh yang Lebih Humanis dan Adaptif
Pada dasarnya, setiap orang tua tentu ingin memberikan yang terbaik untuk anak mereka.
BACA JUGA:Menkes dan Gubernur Al Haris Tinjau Operasi Jantung Perdana di RSUD Raden Mattaher Jambi
BACA JUGA:Satu Hari Usai Dilaporkan Tenggelam, Firdaus Ditemukan Meninggal di Dermaga Sabak Timur
Namun, penting untuk dicatat bahwa pola asuh yang menekankan kontrol penuh tanpa empati cenderung tidak cocok dengan karakteristik generasi muda saat ini, yang lebih membutuhkan pendekatan yang lebih fleksibel dan berbasis dialog.
Pola asuh yang lebih humanis dan berorientasi pada pembicaraan terbuka diyakini lebih efektif dalam membantu anak-anak tumbuh menjadi individu yang kreatif, percaya diri, serta mampu menyelesaikan masalah dengan baik, sekaligus menjaga kesehatan mental dan emosional mereka.