Hamas Tidak Akan Menyerah pada Rezim Zionis
--
Teheran- Pemimpin senior Hamas yang berbasis di Beirut, Lebanon, Osama Hamdan, di tengah perang genosida yang dilancarkan Israel di Jalur Gaza menyatakan pihaknya tidak akan menyerah pada rezim zionis dengan syarat apa pun
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tidak berniat mengakhiri perang, kata Hamdan seperti dikutip Shehab --kantor berita Palestina.
BACA JUGA:Saksi Mengaku Dimintai Pinjaman Uang
BACA JUGA:Gerindra Sebut Tak Pernah Tawari Ganjar dan Anies Kursi Kabinet
Netanyahu selalu menghalangi progres negosiasi, katanya.
Tuntutan rezim zionis soal kesepakatan pertukaran tahanan tidak dapat diterima, kata Hamdan, seraya menambahkan bahwa respons rezim itu baru-baru ini tidak memuaskan warga Palestina.
Menurut Hamdan, rezim Israel tidak mampu membebaskan satu pun tahanan sejak awal perang dan karena itu segala upaya rezim itu bisa dikatakan tidak membuahkan hasil.
Hamdan juga menolak klaim soal terbunuhnya wakil komandan militer Hamas, Marwan Issa.
Pembunuhan para pemimpin tidak akan melemahkan perlawanan Hamas, katanya.
Ia menambahkan bahwa pernyataan Gedung Putih --kantor presiden Amerika Serikat-- mengenai Marwan Issa mengindikasikan keterlibatan AS dalam genosida di Gaza.
Sementara, Organisasi Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS), Selasa (26/3), mengumumkan bahwa Rumah Sakit Al-Amal di Kota Khan Yunis lumpuh total setelah pasukan pendudukan Israel mengevakuasi secara paksa staf rumah sakit dan korban luka serta menutup pintu masuk fasilitas tersebut.
Menurut pernyataan, PRCS mengatakan pasukan pendudukan Israel mengepung Rumah Sakit Al-Amal sejak dua hari lalu di tengah aksi penembakan yang menewaskan seorang warga dan anggota tim PRCS.
Disebutkan pula bahwa pasukan Israel menembaki dua anggota PRCS saat sedang membersihkan puing-puing untuk membuka jalan kendaraan agar dapat mengevakuasi korban tewas dan korban cedera.
Akibatnya, salah satu anggota PRCS terluka, sementara nasib anggota lainnya masih belum diketahui.
PRCS sangat menyesalkan penutupan Rumah Sakit Al-Amal menyusul kegagalan komunitas internasional dalam memberikan perlindungan bagi tim, pasien dan para pengungsi.
Pernyataan itu juga menegaskan bahwa Rumah Sakit Al-Amal telah dikepung selama lebih dari 40 hari dan kerap dibombardir sebelum akhirnya pasukan pendudukan kembali melakukan pengepungan dan memaksa evakuasi semua orang yang berada di fasilitas tersebut.
Rumah Sakit Al-Amal mengalami nasib serupa dengan Rumah Sakit Al-Quds milik PRCS di Kota Gaza, yang sejak beberapa bulan lalu sudah tidak dapat digunakan lagi, katanya.