Mengenai kasus DBD pada anak, dr Gilang menjelaskan bahwa gejala awal yang dapat dikenali oleh orang tua adalah demam mendadak tinggi yang disertai nyeri otot, nyeri sendi, mual, dan muntah.
Ia menyebut, anak yang mengalami demam tinggi cenderung lebih sensitif dan mudah menangis.
“Jika anak menunjukkan gejala-gejala ini, orang tua sebaiknya waspada terhadap kemungkinan anak terkena infeksi demam berdarah,” ujar dr Ditia Gilang.
"ketika anak mengalami infeksi demam berdarah, penting untuk mencegah terjadinya kekurangan cairan" sambungnya.
BACA JUGA:Kasus DBD Meningkat,DPR Singgung Penelitian Nyamuk Wolbachia dan Kebutuhan Vaksin
BACA JUGA:Kasus DBD di Bungo Meningkat, Rahmad: Sudah Ambil Langkah Antisipatif
Anjuran saat Anak Kena DBD
Ia merekomendasikan agar anak yang dirawat di rumah dapat mengonsumsi cairan 1,5 hingga 2 kali lipat dari jumlah harian yang biasa dikonsumsi.
Cairan yang direkomendasikan dapat berupa air putih, susu, teh, maupun jus.
“Jika jumlah trombosit di atas 100.000 mcL, tidak menunjukkan tanda-tanda pengentalan darah, dan mampu mengonsumsi cairan, maka ia masih dapat dirawat di rumah.
Saat merawat anak yang mengalami gejala demam berdarah, orang tua harus memastikan anak minum lebih banyak cairan dari biasanya,” ujar dr Ditia Gilang.
dr Gilang menerangkan bahwa jika pemeriksaan darah menunjukkan jumlah trombosit kurang dari 100.000 mcL, disertai pengentalan darah yang ditandai dengan peningkatan hemoglobin dan hematokrit, maka harus memerlukan perawatan di rumah sakit.
BACA JUGA:Kena DBD, Syahnaz Sadiqah Dilarikan ke Rumah Sakit
BACA JUGA:Angka DBD Meningkat di Pasir Panjang
Ia menyebut, anak dapat dibawa dari rumah sakit ketika terjadi tren peningkatan jumlah trombosit, trombosit sudah melebihi 50.000 mcL, tidak terdapat tanda-tanda pengentalan darah dan gejala infeksi demam berdarah membaik.
Dia mengingatkan kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga prinsip 3M (Menguras, Menutup, dan Mendaur Ulang) di lingkungan rumah.(*)