Bali - Komisi Ekonomi dan Sosial PBB untuk Asia dan Pasifik (ESCAP) menyoroti dua cara untuk membantu memastikan bahwa kelangkaan air musiman, kekeringan, dan bencana terkait air tidak menjadi krisis air yang bergulir.
Wakil Sekretaris Jenderal ESCAP Armida Alisjahbana pada Selasa mengatakan cara pertama adalah kerja sama untuk sumber air bersama dengan meningkatkan upaya kolaboratif antara negara, wilayah, sektor dan para pemangku kepentingan.
"Selain memobilisasi sumber daya baru dan mempromosikan inovasi, kolaborasi dapat membantu menutup kesenjangan pembiayaan. Kemitraan publik-swasta untuk efisiensi air dapat membantu," kata Armida.
Ia berbicara saat konferensi pers di sela-sela World Water Forum ke-10 yang digelar di Nusa Dua, Badung, Bali.
BACA JUGA:Mendagri Terbitkan Surat Edaran, Guna Wujudkan Pilkada Aman dan Damai
BACA JUGA:Jokowi Harap Tidak Berdampak pada Ekonomi Global, Pasca Tragedi Presiden Iran
Armida menjelaskan bahwa tindakan kolaboratif yang mengedepankan mitigasi, adaptasi, dan agenda pengurangan risiko bencana, juga dapat membantu mempersempit kesenjangan pembiayaan.
"Kebutuhan pembiayaan adaptasi yang belum terpenuhi yang diperkirakan oleh ESCAP mencapai rata-rata 144,74 miliar dolar AS per tahun untuk kawasan Asia dan Pasifik saja," ujarnya.
Cara kedua untuk mencegah krisis air, menurut Wakil Sekjen ESCAP itu, adalah investasi dalam sistem data untuk peringatan dini bencana.
"Data yang lebih baik untuk sistem peringatan dini yang efektif dapat mengurangi kerugian bencana hingga 60 persen," tuturnya.
BACA JUGA:Dua Investasi Potensial Elon Musk di Indonesia
BACA JUGA:Ganda Putra Indonesia Sabar/Reza Gagal Tembus 16 Besar di Malaysia Masters 2024
Dengan mengikuti arahan dari para pemerintah negara-negara di kawasan Asia-Pasifik, organisasi-organisasi PBB bersatu untuk memberikan sistem peringatan dini multi-bahaya.
ESCAP, Kantor PBB untuk Pengurangan Risiko Bencana (UNDRR), Organisasi Meteorologi Dunia (WMO), Persatuan Telekomunikasi Internasional (ITU) dan Federasi Palang Merah Internasional dan Masyarakat Bulan Sabit Merah (IFRC) semuanya bekerja bersama.
Sementara, UNICEF memetakan cadangan air tanah sebagai input untuk perencanaan kesiapsiagaan dan adaptasi.