JAKARTA - Tren penjualan mobil Low Cost Green Car (LCGC) di Indonesia terus menunjukkan penurunan tajam. Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), penjualan LCGC pada Juni 2025 hanya mencapai 7.762 unit, merosot hampir 50 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencatat 15.252 unit.
Menurut pakar otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Yannes Martinus Pasaribu, penyebab utama melemahnya minat pasar terhadap LCGC adalah kenaikan harga yang signifikan dari waktu ke waktu.
"Mobil LCGC awalnya dicanangkan sebagai kendaraan murah untuk masyarakat menengah ke bawah, tapi sekarang sudah tidak bisa lagi dikatakan 'low cost' karena harganya kini berkisar antara Rp138 juta hingga Rp200 juta, jauh dari harga awal sekitar Rp80 jutaan pada 2014," jelas Yannes di Jakarta.
Selain meningkatnya harga jual, Yannes menilai absennya insentif fiskal yang kuat dari pemerintah turut memperparah situasi, sehingga mobil LCGC semakin sulit dijangkau oleh konsumen yang menjadi target utamanya.
BACA JUGA:Rakernis Binmas 2025, Kapolda Jambi Irjen Pol. Krisno H. Siregar Dorong Sinergi Program Asta Cita
BACA JUGA:Untuk Para Pensiunan! PT TASPEN Imbau Peserta Waspadai Maraknya Penipuan Digital
Data juga menunjukkan tren penurunan dari bulan sebelumnya. Pada Mei 2025, tercatat 8.546 unit LCGC terjual, dan kini angkanya kembali menurun.
Pemerintah Janji Perpanjang Program LCGC Hingga 2031
Di tengah pelemahan penjualan, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menegaskan bahwa pemerintah tetap berkomitmen untuk melanjutkan program LCGC hingga 2031.
Program ini dinilai penting dalam mendukung ketersediaan kendaraan terjangkau dan menjadi bagian dari strategi transisi bertahap menuju elektrifikasi.
BACA JUGA:Tutup Sukses Operasional Haji 2025, Menag Jelaskan Formula 5BPH
BACA JUGA:MPLS Tahun 2025 Dimulai
"Kami ingin menjaga agar masyarakat tetap bisa memiliki kendaraan hemat energi, dan LCGC tetap menjadi pilihan yang relevan sambil pelan-pelan memasuki era elektrifikasi," ujar Agus.
Agus juga menyoroti pentingnya kerja sama antara pemerintah dan pelaku industri otomotif dalam menghadapi berbagai tantangan global.
Ia menegaskan bahwa keberlangsungan sektor otomotif memiliki dampak besar terhadap ekonomi nasional, terutama karena industri ini menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar.
Pemerintah berharap dukungan kebijakan seperti insentif serta regulasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dapat memberi kepastian jangka panjang bagi pelaku industri otomotif nasional, sekaligus mendorong produksi kendaraan yang lebih efisien dan ramah lingkungan. (*)