Jakarta - Co-Captain Tim Nasional Pemenangan Anies-Muhaimin (Timnas Amin), Thomas Trikasih Lembong atau Tom Lembong menganggap hilirisasi nikel di Indonesia terlalu dipaksakan.
Hal ini membuat hilirisasi nikel jadi mengesampingkan aspek lingkungan hidup, keselamatan pekerja, hingga rasionalitas pasar.
"Kalau lihat tren harga nikel itu sempat melonjak waktu kita tutup keran ekspor, merugikan nasabah kita, mungkin menguntungkan kita. Tapi setelah hilirisasi ini sudah jalan dan kita membanjiri dunia dengan nikel, harganya anjlok," kata dia, Sabtu 10 Februari 2024.
Ia menambahkan, hal ini hanya memberikan keuntungan sementara terhadap ekonomi Indonesia.
Mantan Menteri Perdagangan periode 2015-2016 itu menuturkan, pola bekerja seperti ini merugikan semua pihak.
BACA JUGA:Jumlah Penumpang Whoosh Membludak Hingga 20 Ribu Pe Hari Saat Libur Panjang
BACA JUGA:Ditanya Soal Presiden Dukung Parabowo Atau Tidak, Kaesang: Tanyakan Kembali Kepada Pak Jokowi
Pola ini juga dikenal dengan boom and bust yang berarti setelah harga naik, perlahan akan turun menuju kolaps.
"Jadi yang lebih rasional itu, tidak ugal-ugalan, lebih konsisten, jadi peningkatan proyeksinya itu pelan-pelan dan betahap," imbuh dia.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) RI sendiri menyebut, eksploitasi nikel yang dilakukan saat ini dapat membuat total cadangan nikel habis dalam 15 hingga 20 tahun ke depan.
Untuk itu, ketika penambangan nikel dilakukan dengan lebih perlahan termasuk pemrosesan dan penjualan, harapannya cadangan nikel Indonesia dapat bertahan 30 hingga 50 tahun ke depan.
BACA JUGA:Gibran Ajak Pendukungnya Untuk Tak Jelekan Program Paslon Lain
BACA JUGA:Ganjar Sebut Dirinya Satu-satunya Capres yang Menginap di Rumah warga Saat Massa Kampanye
"Jadi ini kaya, keruk, lempar ke pasar dunia, sebentar lagi sudah habis. Nanti 20 tahun lagi kita butuh nikel kita harus keliling dunia ngemis-ngemis, balikin dong impornya," terang dia.
Tom bilang, hilirisasi nikel merupakan kepentingan segelintir pengusaha yang berhasil masuk di awal baik di tambang atau smelter nikel.