Jakarta - Presiden Joko Widodo meminta industri keuangan tetap hati-hati meskipun saat ini berstatus resilience atau tangguh. Pasalnya, kondisi ekonomi global berubah sangat cepat ditambah dengan disrupsi teknologi yang makin masif.
Hal ini diungkapkan Jokowi dalam sambutannya di acara Pertemuan Industri Jasa Keuangan di The St. Regis, Jakarta Pusat, Selasa 20 Februari 2024.
"Tetap harus hati-hati, waspada. Karena ekonomi global yang berubah sangat cepat, disrupsi teknologi yang masif terus terjadi," kata Jokowi, Selasa.
Kepala Negara menyampaikan, dinamika geopolitik masih belum jelas kapan selesainya. Oleh karena itu, ia meminta industri keuangan belajar dari banyak kasus di masa lalu, termasuk krisis moneter pada tahun 1998.
BACA JUGA:Prabowo-Gibran Berencana Akan Pisahkan Ditjen Pajak, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dari Kemenkeu
BACA JUGA:Tembus 6.000 Suara, Tabrani SE Layak Wakili Golkar untuk Kursi Pimpinan DPR Sarolangun
Begitu pula pada krisis tahun 2008 dan kejatuhan Silicon Valley Bank tahun 2023.
"Tiba-tiba kita lihat kemarin jatuhnya Silicon Valley Bank, ini juga mengharuskan kita semuanya hati-hati dalam kita menjaga industri keuangan kita, ekonomi kita. Kita harus menjaga ekonomi agar inklusif dan berkelanjutan," ucap Jokowi.
Di sisi lain, ia meminta Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memperkuat inklusi dan literasi keuangan.
Sejauh ini, tingkat inklusi keuangan baru mencapai 75 persen dan tingkat literasi keuangan sekitar 65 persen.
BACA JUGA:Pagi Ini, Satpol PP Kota Jambi Tertibkan PKL Pasar Talang Banjar
BACA JUGA:Sungai Alami Abrasi Pasca Banjir
Ia pun meminta industri keuangan mendukung Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) melalui kredit perbankan dan asuransi.
Diketahui saat ini, kredit perbankan untuk UMKM masih minim, hanya sebesar 19 persen.
"Ini perlu sebuah terobosan, perlu sebuah strategi agar ada peningkatan kredit perbankan modal UMKM sehingga kita bisa melihat UMKM kita tumbuh dengan baik," jelas Jokowi. (*)