Vina Meritokrasi

Dahlan iskan--

BACA JUGA:Ini Alasan Polisi Baru Bisa Tangkap Sosok Pegi Tersangka Pembunuhan Vina Cirebon setelah 8 Tahun

Pun OPEC. Karena harga minyak dinaikkan terus energi baru ditemukan. Lalu dicari kelemahan energi minyak. Energi baru akan mengalahkan energi lama. 

Banyak kejadian seperti itu. Di banyak bidang. 

Tentu saya ingat koran. Juga selalu menaikkan harga. Apalagi harga iklan. Sampai tidak masuk akal. Lalu muncul berita online. Koran adalah rombongan yang paling awal ditinggalkan. 

Di balik kesulitan ada udang. Kinilah saatnya para pemikir pendidikan online tersinggung: mengapa belum bisa mengalahkan pendidikan konvensional. 

BACA JUGA:5 Manfaat Konsumsi Kunyit Putih Setiap Hari

BACA JUGA:Mendag Ancam Bakal Cabut Izin SPBE Jika Kurangi Takaran LPG 3 kg

Belanja online --terutama delivery food-- sudah hampir mengalahkan toko dan restoran. Pendidikan online masih dianggap belum pendidikan. 

Mungkin kampus-kampus memang tidak akan seperti koran. Kelemahan koran adalah perlu bahan baku kertas dan perlu diantar ke rumah pelanggan. 

Universitas tidak perlu beli bahan baku. Pun pelanggannya mau datang sendiri ke kampus. Bahwa harus punya gedung dan alat-alatnya, koran juga. 

Bahwa harus membayar dosen yang banyak, koran juga harus membayar banyak wartawan. Koran masih harus beli bahan baku kertas --yang harganya 80 persen sendiri terhadap semua pengeluaran. 

BACA JUGA:Cara Membuat Kimchi Sendiri di Rumah, Mudah dan Enak

BACA JUGA:Pertamina Group beri Bantuan untuk Korban Lahar Dingin & Tanah Longsor di Sumbar

Di mana-mana biaya pendidikan mahal. Kini sudah ada pilihan yang murah --sepanjang setiap orang punya keinginan maju. Keinginan kadang datang harus dengan dipaksa. 

Di Tiongkok pemaksaan itu dari orang tua --pun orang tua yang miskin. Di sana meritokrasi sudah membudaya pun sejak di zaman kerajaan. Meritokrasi tidak hanya membuat birokrasi lebih efisien tapi juga menimbulkan budaya berpendidikan di masyarakatnya.(Dahlan Iskan) 

Tag
Share