AS Tunggu Tanggapan Hamas atas Usulan Gencatan Senjata di Gaza
Brigade Qassam siap untuk membela warga Palestina jika terjadi operasi militer Israel di Kota Rafah, Gaza.--Antaranews.com
JAMBIKORAN.COM - Jake Sullivan selaku penasihat keamanan nasional Amerika Serikat mengatakan bahwa negaranya masih menunggu tanggapan dari kelompok Palestina Hamas.
Tanggapan yang dimaksud adalah tentahng usulan perjanjian gencatan senjata di Gaza.
“Keputusan ada di tangan Hamas, apakah mereka akan menerimanya atau tidak. Sekarang kami menunggu tanggapan dari Hamas,” kata Sullivan.
Amerika Serikat sedang menjalin kontak dengan mediator Qatar yang menyampaikan proposal dari perunding Israel kepada Hamas, kata Sullivan, seraya menambahkan bahwa Hamas perlu menerima proposal tersebut.
BACA JUGA:Garin Nugroho Hadirkan Pesona Bali 1930-an dalam Film Bisu 'Samsara'
BACA JUGA:Jenis Sapi Potong Terbaik untuk Kurban Tahun 2024
Sullivan menambahkan bahwa Direktur CIA William Burns akan berada di ibu kota Doha untuk berkonsultasi dengan Perdana Menteri Qatar serta emirnya.
“Bill Burns akan sangat tertarik untuk mendengar secara langsung, secara pribadi apa sifat dari diskusi tersebut dan apa yang akan terjadi selanjutnya,” ucapnya.
Pada Jumat, 31 Mei lalu, Presiden AS Joe Biden mengatakan Israel mengajukan perjanjian tiga fase yang akan mengakhiri permusuhan di Gaza dan menjamin pembebasan sandera yang ditahan di daerah kantong pantai tersebut.
Rencana tersebut mencakup gencatan senjata, pertukaran sandera-tahanan, dan rekonstruksi Gaza.
BACA JUGA:Basuki Akui Sanggup Pimpin IKN Sekaligus PUPR Secara Bersamaan
BACA JUGA:MK Diskualifikasi Caleg Golkar Erick Hendrawan karena Tak Umumkan Status Eks Napi
Israel terus melanjutkan serangan brutalnya di Gaza sejak serangan lintas batas oleh Hamas pada 7 Oktober tahun lalu, meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera.
Otoritas Kesehatan setempat mencatat lebih dari 36.500 warga Palestina telah terbunuh di Gaza yang sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak, dan hampir 83.000 lainnya terluka.