China dan AS Bersatu untuk Masa Depan AI yang Inklusif
Konferensi Kecerdasan Buatan Dunia (World Artificial Intelligence Conference/WAIC) yang sedang berlangsung di Shanghai.--Antaranews.com
Namun eskalasi tindakan-tindakan AS untuk mengganggu kelancaran investasi, teknologi, dan talenta AI telah menghambat upaya kolaboratif yang sangat dibutuhkan.
Dunia saat ini menghadapi banyak tantangan, dengan perubahan iklim dan kejahatan transnasional masuk dalam daftar banyak tantangan yang membutuhkan respons internasional terpadu.
BACA JUGA:Dapa Lesmana/Karsten Spencer Darma Tersingkir di Perempat Final BNI Badminton Asia Junior 2024
BACA JUGA:Richie Duta Richardo Amankan Tiket Semifinal BNI Badminton Asia Junior 2024
Tata kelola AI pun menjadi hal yang sangat mendesak, mengingat teknologi yang transformatif namun masih baru ini menghadirkan lanskap dengan lebih banyak risiko yang tidak diketahui.
Membangun aliansi AI eksklusif untuk mempertahankan dominasi teknologi jelas bertentangan dengan prinsip-prinsip yang selama ini telah mendorong kesuksesan AI.
Termasuk juga open source dan iterasi cepat (rapid iteration), serta merongrong tata kelola AI yang baik.
Selain itu, hegemoni teknologi yang didorong motif geopolitik juga menimbulkan risiko lainnya, mengingat hal ini membuat sebagian besar negara berkembang semakin tertinggal di era AI, sehingga memperparah kesenjangan yang telah menjangkiti dunia kita.
Demi mencegah momok ini di masa depan, China meluncurkan Inisiatif Tata Kelola AI Global pada Oktober 2023 lalu, yang menggarisbawahi dukungannya bagi gagasan "AI untuk Kebaikan" dalam kerangka kerja PBB.
BACA JUGA:Isyana/Rinjani Kandas di Perempat Final BNI Badminton Asia Junior Championships 2024
BACA JUGA:Ganda Campuran Indonesia Darren/Bernadine Maju ke Semifinal BNI Badminton Asia Junior 2024
Banyak negara Global South bergulat dengan tantangan yang signifikan, seperti pengumpulan data, kelangkaan sumber daya, dan infrastruktur yang kurang berkembang.
Hal tersebut dapat menghambat kapasitas mereka untuk sepenuhnya memanfaatkan potensi transformatif AI dan membuat mereka tertinggal di pinggiran revolusi teknologi ini.
China telah melakukan banyak upaya untuk membantu negara-negara berkembang mengembangkan kapasitas terkait AI, memasang ratusan ribu kilometer serat optik dan jaringan nirkabel yang luas di Afrika.
Dalam sebuah forum di Xiamen pada April, China berjanji untuk membantu mempromosikan penyebaran teknologi AI di berbagai sektor di Afrika, termasuk pertanian, perawatan kesehatan, pendidikan, dan manajemen perkotaan.