Kelaparan Global Tetap Tinggi Setelah Pandemi COVID-19, Afrika Paling Terdampak

Seorang anak terlihat di tumpukan sampah saat warga Palestina menghadapi ancaman kelaparan akibat tumpukan sampah dan kebocoran limbah di Deir al Balah, Gaza pada 26 Mei 2024.--Antaranews.com

Lembaga amal yang berpusat di Inggris, Oxfam, menggambarkan tingginya tingkat kelaparan global sebagai hal yang "memalukan," dan mengatakan bahwa hal itu disebabkan oleh banyak alasan yang jika digabungkan menjadi "alasan tepat bagi pemerintah kita untuk menghindari tindakan tegas."

"Kita memiliki cukup makanan untuk diberikan kepada orang-orang di seluruh dunia dan ada solusi untuk memberantas bencana mengerikan ini," katanya.

Sembari menggarisbawahi fakta bahwa negara-negara yang menghadapi "tingkat kelaparan yang tinggi cenderung miskin, terlilit hutang yang besar, bahkan dieksploitasi," mereka menyebutkan bahwa negara-negara tersebut juga "paling rentan" terhadap guncangan yang terkait iklim dan ekonomi.

"PBB saat ini mengidentifikasi adanya kekurangan triliunan dolar AS yang dibutuhkan untuk mengakhiri kelaparan," katanya.

"Hanya tindakan politik yang berani yang dapat mengisi kekosongan tersebut," tambah mereka.

Oxfam mencatat bahwa pembiayaan swasta hanya dapat mengatasi sebagian kekurangan, sehingga hal tersebut menggarisbawahi perlunya pendanaan publik yang lebih besar, terutama bagi petani kecil di negara-negara miskin.

Skema perlindungan sosial yang lebih kuat, keringanan utang berskala luas, dan perlunya negara-negara kaya untuk memenuhi janji pendanaan mereka terhadap isu kemanusiaan dan iklim juga diperlukan, kata Oxfam.

"Orang-orang termiskin di dunia menanggung konsekuensi kelaparan paling tinggi. Kita membutuhkan perubahan kebijakan struktural dan sosial yang lebih mendalam untuk mengatasi semua penyebab kelaparan, termasuk ketidakadilan ekonomi, perubahan iklim, dan konflik," desak lembaga tersebut.(*)

Tag
Share