Jaksa Pertemukan Pengurus KONI dan Terdakwa

--
Persidangan terkait dana hibah yang melibatkan KONI Muarojambi kembali digelar dengan sejumlah saksi dari pengurus KONI Muarojambi, Ketua cabang olahraga (cabor). Di antaranya Wakil Ketua KONI, Sekretaris KONI, Wakil Sekretaris KONI, serta beberapa saksi lainnya, memberikan penjelasan tentang pengelolaan dana hibah yang disalurkan kepada KONI Kabupaten Muarojambi.
Para saksi dalam sidang yang dipimpin Ketua Majelis Hakim, Syafrizal Fakhmi, terungkap, para saksi mengaku tidak banyak dilibatkan dalam pengajuan dana hibah ke Pemkab Muarojambi. Saksi mengaku hanya mengatahui KONI menerima hibah dengan angagran sekitar Rp 4 miliar.
"Angka pastinya saya tidak tahu, tapi sekitar Rp 4 miliar," ujar Efendi, Wakil Ketua KONI yang juga ketua cabor angkat besi Muarojambi. “Dana tersebut dikelola oleh Ketua KONI, Pata Hila dan Bendahara Suzan Novirinda,” jelas saksi.
Efendi menceritakan bahwa pada tahun 2019, ia mengajukan proposal kegiatan yang kemudian disetujui untuk mendapatkan dana hibah sebesar Rp 200 juta. Dana tersebut, menurutnya, diberikan dalam bentuk uang dan digunakan untuk pembelian barang di Jakarta.
“Saat pencairan, terdapat pemotongan pajak sebesar Rp 20 juta, tanpa bukti potongan. Hanya penyampaian secara lisan saja dari bendahara, kalau dana dipotong,” ungkapnya.
Seperti angkat besi, Cabor Kempo juga mendapatkan dana hibah sekitar Rp 50 juta. Dan tersebut digunakan untuk sejumlah peralatan keperluan atlet Kempo.
Tersebut diberikan dalam bentuk uang tunai, bukan barang. “Kami menerima dalam bentuk uang tunai sekitar Rp 50 juta. Dana tersebut digunakan untuk membeli peralatan atlet,” terang Andi.
Halim, Kepala Sekretariat KONI Muarojambi, juga memberikan keterangan mengenai pengelolaan dana hibah. Menurut Halim, ia tidak dilibatkan dalam pengelolaan dana hibah dan hanya membantu dalam fotocopy dokumen pertanggungjawaban. "Pengelolaan dilakukan oleh PaTa Hila dan Suzan," jelasnya.
Lalu saksi Zubaidah, staf bagian keuangan KONI Muarojambi, mengaku pernah membantu terdakwa Susan dalam pembuatan kwitansi perjalanan dinas, termasuk dalam kegiatan safari Ramadan.
Ia menegaskan bahwa kwitansi yang dibuat terkait dengan pengeluaran konsumsi makanan selama perjalanan dinas. "Semua pembuatan kwitansi dilakukan oleh Ibu Bendahara (Suzan Novirinda)," katanya.
Ditemui usai sidang, jaksa penuntut umum Kejaksaan Negeri Muarojambi, Edo Ketaren, menerangkan, saksi yang dihadirkan merupakan pengurus KONI dan beberapa orang diantaranya juga ketua cabor. Terkait pengelolaan dana hibah, semua dikelola oleh ketua dan bendahara.
“Saksi-saksi tadi ada dari pengurus KONI dan kebutulan ada juga yang merangkap sebagai ketua cabang olahraga,” jelasnya.
Ditemui terpisah, penasihat hukum terdakwa Pata Hila dan Suzan Novindra, Syaiful Kipli SH dan Haryandi SH, menerangkan, bahwa ketua dan bendahara KONI menyatakan dana yang didapat dari hibah langsung ke cabor masing-masing.