Tunjangan Hari Raya: Antara Kesejahteraan dan Godaan Konsumtif

THR-jambi independent-Jambi Independent
Investasi dan zakat: Ada juga yang memanfaatkan THR untuk bersedekah dan berinvestasi dalam bentuk emas atau reksa dana.
Banyak orang merasa THR adalah uang tambahan yang bisa dihabiskan tanpa pikir panjang. Hal itu didorong oleh euforia Ramadhan dan budaya konsumtif yang semakin kuat. Terutama dengan maraknya promo diskon dan kemudahan transaksi digital.
Tidak sedikit yang pada akhirnya menghabiskan seluruh THR dalam waktu singkat. Bahkan sebelum Idulfitri tiba.
Alhasil setelah Lebaran, banyak pekerja justru merasa keuangannya lebih sulit dibandingkan bulan-bulan sebelumnya.
Agar THR tidak sekadar datang dan pergi, penting untuk mengelolanya dengan strategi yang lebih matang. Beberapa langkah yang bisa diterapkan antara lain:
Prioritaskan Kebutuhan, Bukan Keinginan
Sebelum berbelanja, buat daftar kebutuhan utama. Bedakan antara hal yang benar-benar diperlukan dan yang hanya sekadar keinginan sesaat.
Sisihkan untuk Tabungan dan Investasi
Setidaknya 20-30 persen dari THR bisa digunakan untuk dana darurat, tabungan, atau investasi kecil-kecilan. Seperti emas atau reksa dana.
Gunakan untuk Melunasi Utang
Jika memiliki utang atau cicilan yang menumpuk, alokasikan sebagian THR untuk melunasinya. Agar tidak menjadi beban setelah Lebaran.
Jangan Terpancing Diskon Berlebihan
Diskon besar-besaran memang menggiurkan. Tetapi tidak semua promo benar-benar menguntungkan. Sebelum tergiur membeli sesuatu, tanyakan pada diri sendiri: "Apakah ini benar-benar dibutuhkan?" Jangan sampai belanja berlebihan justru membuat kondisi finansial semakin tidak stabil setelah Lebaran.
Alokasikan untuk Zakat dan Kebaikan Sosial
Sebagian dari THR juga bisa digunakan untuk berbagi dengan mereka yang membutuhkan. Selain zakat, ada banyak cara untuk berbagi. Seperti berdonasi ke lembaga sosial atau membantu orang terdekat yang sedang kesulitan.