Pencemaran Udara Karena Karhutla di Provinsi Jambi

Muhammad Haviz Al Ziqri-jambi independent-Jambi Independent
Secara ekologis, penurunan luas hutan dan degradasi lahan akibat kebakaran menimbulkan risiko dan ketidakpastian dalam pemulihan kondisi ekosistem, hilangnya nilai penggunaan kayu dan hutan non-kayu di masa depan dan hilangnya nilai yang diharapkan dari keanekaragaman hayati yang saat ini belum dimanfaatkan.
Salah satu catastrophe sepanjang 2015. Bencana asap 2015 merupakan yang terburuk karena beberapa parameter, seperti jumlah korban, durasi kejadian, kerugian ekonomi, dan dampak yang luas terhadap kesehatan dan lingkungan maupun pendidikan. Dampak asap dari karhutla 2015 menyebabkan 19 orang meninggal dunia dan 500 ribu jiwa di antaranya mengalami infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Penderita ISPA terbanyak terdapat di Provinsi Jambi yang mencapai 15 ribu jiwa.
BACA JUGA:Pengamat: Prabowo Harus Bisa Kontrol Emosi
BACA JUGA:Muhaimin Targetkan Raup 60 Persen Suara di Banten
Karhutla sering dikaitkan dengan bencana ekologis dikarenakan bencana ini erat hubungannya dengan kebijakan dan program pemanfaatan sumber daya alam/hutan. Kondisi ekosistem, seperti lahan gambut, sangat rawan terhadap bencana kebakaran. Ketika hutan gambut dikonversi menjadi kebun kelapa sawit dalam wilayah yang sangat luas, pengolahan lahan biasanya dilakukan dengan cara membakar.
Pembakaran seringkali memicu karhutla dengan kabut asap yang sangat pekat sampai melebihi standar kesehatan. Asap karhutla tahun 2015 yang terjadi di beberapa Provinsi salah satunya Jambi tidak hanya berdampak pada penduduk di Provinsi ini melainkan batas-batas Provinsi. Karhutla yang terjadi di Pulau Sumatera dampaknya bahkan melintasi batas negara (transboundary haze), dirasakan sampai ke negara Singapura dan Malaysia.
Kabut asap akibat karhutla terjadi lagi pada musim kemarau 2019 dimana dampaknya juga sangat masif sampai ke Singapura dan Malaysia Kebakaran hutan dan lahan yang berulangnya menjadi ancaman bagi pembangunan berkelanjutan Indonesia.
Ancaman kebakara Hutan dan lahan berdampak langsung terhadap berbagai macam aspek, seperti aspek ekonomi, aspek ekologi, dan aspek sosial. Berdasarkan segi aspek ekonomi, kebakaran hutan menimbulkan kerugian ekonomi seperti terbakarnya hasil hutan. Dan hasil perkebunan dan hilangnya keanekaragaman hayati.
BACA JUGA:Curi Mobil karena Terlilit Hutang
BACA JUGA:Timnas AMIN: Anies Siap Hadapi Debat Capres Ketiga
Adapun secara tidak langsung, asap yang dihasilkan akibat kebakaran hutan dan lahan akan berdampak pada kesehatan. Fisik, kehilangan fungsi ekologi, serta kerugian sektor pariwisata ndan perhubungan akibat menurunnya aktivitas pariwisata dan perhubungan Selain itu,polusi udara akibat dari kebakaran hutan memiliki beberapa efek yang sangat negatif pada masyarakat. Karena saluran pernapasan adalah pintu masuk utama polutan udara ke dalam tubuh, sebagian besar polusi udara berfokus pada efek inhalasi melalui saluran pernapasan. Apalagi jelas bahwa kebakaran hutan menyebabkan pencemaran udara
Argumentasi
A Aspek yang terdampak
Pada permasalahan latar belakang diatas dimana masyarakat yang tinggal berada pada provinsi jambi memiliki dampak yang negatif akibat pencemaran udara yang diakibatkan oleh karhutla (kebakaran hutan dan lahan). Permasalahan tersebut dinilai sangat urgent untuk ditangani dimana pencemaran udara bisa menyebabkan beberapa penyakit yang bisa menyebabkan kerusakan saluran pernafasan hingga kematian,perlu diketahui penyakit akibat kejadian karhutla bisa menyebabkan penyakit seperti ISPA dan ISPU dimana penyakit tersebut sangat berbahaya dan mengancam keselamatan seseorang.
BACA JUGA:KPU Tanjab Timur Masih Kekurangan Ratusan Surat Suara Pilpres