4 Kecamatan di Tanjabtim Rawan Karhutla, BPBD Bersiap Menghadapi Musim Kemarau

BERSIAP : BPBD Tanjab Timur bersiap menghadapi musim kemarau dengan waspada terhadap Karhutla.-IST/Jambi Independent-Jambi Independent
MUARASABAK – Dalam waktu dekat, Kabupaten Tanjab Timur diprediksi akan masuk musim kemarau, yang akan berlangsung sejak bulan Juni 2025 mendatang.
Menyiapkan hal tersebut, instansi terkait di kabupaten ini, seperti pihak BPBD setempat mulai mengambil langkah-langkah antisipatif terhadap potensi Kebakaran Hutan dan Lahan (karhutla).
Sebab, Karhutla hampir setiap tahun menjadi ancaman serius di kabupaten pesisir Provinsi Jambi ini.
BACA JUGA:Wako Alfin dapat Pengakuan Nasional, Dalam Melestarikan Bahasa Daerah
BACA JUGA:Angka Prevalensi Stunting Merangin Turun Signifikan
Hasil analisisa awal, total 11 kecamatan yang ada di kabupaten ini, terdapat empat kecamatan yang masuk dalam kategori paling rawan Karhutla.
Empat wilayah tersebut yakni, Kecamatan Dendang, Berbak, Mendahara Ulu dan Kecamatan Sadu. Keempat kecamatan ini dikenal memiliki karakteristik lahan gambut yang luas dan mudah terbakar, terutama saat musim kemarau tiba dan kelembaban tanah mulai turun drastis.
Helmi Agustinius, selalu Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Kabupaten Tanjab Timur mengatakan, meskipun saat ini belum ada peningkatan status siaga darurat Karhutla, pihaknya telah mulai melakukan berbagai upaya mitigasi sejak dini.
Salah satu langkah yang diambil adalah dengan menginventarisasi seluruh peralatan pemadaman serta mengecek kesiapan personel yang tersebar di kecamatan dan desa.
"Inventarisasi ini penting agar kita tahu alat-alat yang tersedia dan apakah semua dalam kondisi siap pakai. Begitu juga dengan personel di lapangan, baik dari pemerintah desa, kecamatan, maupun perusahaan yang memiliki unit pemadam," ucapnya.
Pemerintah daerah juga berencana menggelar rapat koordinasi kesiapsiagaan Karhutla bersama instansi terkait dalam waktu dekat.
Rakor ini ditujukan untuk menyamakan langkah serta memperkuat sinergi lintas sektor dalam penanganan bencana, terutama menghadapi puncak kemarau yang diprediksi terjadi antara Juli hingga Agustus mendatang.
Dirinya juga mengimbau masyarakat agar tidak membuka atau membersihkan lahan dengan cara membakar. Meskipun praktik tersebut sudah lama menjadi kebiasaan di beberapa kalangan, namun dampak yang ditimbulkan bisa sangat merugikan, terutama terhadap kesehatan, lingkungan, serta potensi kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh kebakaran lahan.