Beras Premium Dioplos dengan Beras Sortiran, Ismet Wijaya: Isi Beras Tidak Sesuai dengan Kemasan

BERAS SORTIRAN: Kadis Ketahanan Pangan, Ismet Wijaya saat meninjau lokasi produksi beras PT Industri Dunia Pangan (IDP).-IST/Jambi Independent-Jambi Independent j
JAMBI - Kadis Ketahanan Pangan Provinsi Jambi, Ismet Wijaya, mengungkapkan temuan mengejutkan terkait beredarnya beras dalam kemasan premium, yang ternyata berisi beras sortiran dengan kualitas rendah.
Temuan ini mencuat setelah ia menerima laporan dari masyarakat terkait kualitas beras yang tidak sesuai dengan label pada kemasan.
"Ya, dari hasil pengecekan tim kami di lapangan, di salah satu mall, ditemukan adanya beras merek JKR dalam kemasan premium, namun isi di dalamnya tidak sesuai,” kata Ismet, Rabu (16/7).
Beras tersebut seharusnya berkategori premium, namun berisi beras sortiran dengan kualitas campuran
BACA JUGA:Fokuskan Perbaikan Jalan dan Jembatan
“Ada warna kekuningan, butiran menir, dan ada juga beras sortiran yang berwarna-warna. Dari penelusuran, beras tersebut diproduksi oleh PT IDB (Industri Dunia Pangan, red) yang di Sebapo,” kata Ismet.
Ia kemudian melakukan inspeksi langsung ke lokasi produksi. Berdasarkan keterangan pihak perusahaan, beras tersebut bukan dioplos, melainkan murni hasil sortir dari penggilingan padi jenis IR 42.
Dalam proses tersebut, ia melihat berbagai kualitas beras yang keluar dari mesin penggilingan, dari beras putih bersih hingga beras kekuningan.
Menurutnya, masalah di beras tersebut ada pada kemasan yang menggunakan kemasan premium, yang tidak sesuai dengan kualitas beras itu sendiri.
“Meski tidak ada tulisan premium secara eksplisit, tapi di kemasan ada kata-kata seperti beras slip super, mutu terjamin, beras baik, kualitas bagus,” bebernya.
Lebih lanjut, Ismet menjelaskan bahwa beras sortiran tersebut awalnya tidak untuk dijual bebas, melainkan diberikan oleh PT Jambi sebagai bonus kepada para pedagang atau pembeli dalam jumlah besar.
Ia menduga, bahwa beras bonus tersebut dijual kembali ke pasaran, tanpa mengganti kemasan. Mengingat, perusahaan tersebut menggunakan kemasan yang sama persis dengan kemasan beras premium asli.
“Kami sudah berikan tadi arahan, rekomendasi supaya segera membuat merek dalam kemasan beras itu. Ini beras bonus, tidak layak untuk dikonsumsi,” tegasnya.