Cuaca Tak Menentu, Waspada DBD serta ISPA

Kepala Bidang Pengendalian Penularan Penyakit (P2P) Dinkes Kota Jambi, Rini Kartika.-FENGKI/JAMBI INDEPENDENT-Jambi Independent
JAMBI – Memasuki musim kemarau yang masih diselingi hujan, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Jambi mengingatkan masyarakat untuk tetap menjaga gaya hidup sehat dan meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit menular, terutama Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dan Demam Berdarah Dengue (DBD).
Kepala Bidang Pengendalian Penularan Penyakit (P2P) Dinkes Kota Jambi, Rini Kartika, mengatakan bahwa perubahan cuaca yang tidak menentu, dari panas ke hujan secara tiba-tiba, dapat berdampak pada kesehatan masyarakat.
“Gaya hidup kita harus tetap dijaga dalam semua musim. Yang paling penting adalah istirahat yang cukup, aktivitas fisik yang teratur, dan diet yang seimbang,” ujar Rini, Kamis (21/8).
Rini menegaskan, ketika daya tahan tubuh menurun, masyarakat disarankan untuk menggunakan masker terutama di tempat umum atau kerumunan, serta memperbanyak konsumsi buah dan sayur guna meningkatkan sistem imun.
BACA JUGA:Wamen Ratu Ayu Tinjau SPPG, Hesti Haris Tegaskan Komitmen PKK Perkuat Gizi Keluarga
BACA JUGA:Dewan Minta Kasus Korupsi di Disdik Diusut Tuntas
Ia menjelaskan bahwa saat ini Kota Jambi berada dalam kondisi kemarau basah, yaitu kemarau yang masih diiringi oleh curah hujan dalam intensitas tertentu. Kondisi ini menciptakan lingkungan yang lembap dan menjadi tempat ideal bagi perkembangbiakan nyamuk penyebab DBD.
“Setelah hujan turun, biasanya tiga sampai empat hari kemudian akan muncul kasus DBD. Polanya seperti itu. Jadi kita harus waspada,” ungkap Rini.
Selain DBD, penyakit ISPA juga menjadi perhatian serius. Meski saat ini belum ada lonjakan signifikan, potensi peningkatan kasus tetap ada, terutama jika kualitas udara menurun atau saat terjadi pembakaran lahan.
Dinkes Kota Jambi mengimbau masyarakat untuk rutin membersihkan lingkungan, tidak membiarkan genangan air sebagai tempat berkembang biaknya nyamuk, serta menghindari pembakaran terbuka yang bisa memicu polusi dan gangguan pernapasan.
“Pencegahan tetap lebih baik daripada mengobati. Mari kita jaga kesehatan bersama,” tutup Rini.