Jakarta Berbenah Usai Dihantam Gelombang Protes

Satu unit mobil dinas milik Sekretariat DPRD Provinsi Jambi dibakar dan sejumlah fasilitas kantor ikut rusak dalam peristiwa unjuk rasa, Jumat 29 Agustus 2025. -ANTARA/Agus Suprayitno-

JAKARTA - Aroma sisa-sisa benda terbakar di halte bus Transjakarta Senen, Jakarta Pusat, masih tercium pada Senin pagi di awal September 2025. Sebagian coretan pun masih terpampang nyata dan petugas kebersihan berusaha menutupinya dengan cat. Sebagian lantai halte berwarna kehitaman dengan puing-puing bangunan yang hancur di atasnya.

Inilah salah satu saksi bisu atas unjuk rasa masyarakat dari berbagai elemen di beberapa titik wilayah Jakarta, terkait penolakan kenaikan gaji anggota DPR RI, yang diwarnai tindak anarki oknum-oknum tak bertanggung jawab.

Mereka merusak hingga membakar fasilitas umum seperti halte bus, lampu lalu lintas, dan kamera pengawas (CCTV). Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta mencatat setidaknya ada 18 lampu lalu lintas di 18 lokasi yang rusak.

Pintu masuk Stasiun MRT Istora Mandiri juga ikut dirusak, begitu juga sembilan halte Bus Rapid Transit (BRT) Transjakarta yang dirusak dan menjadi sasaran aksi vandalisme.

BACA JUGA:Pemerintah Tingkatan Kualitas Pelayanan Publik Lewat Listrik Desa

BACA JUGA:Gibran Tinjau Kegiatan Belajar dan Program MBG di SMP Pascademonstrasi

Tujuh halte BRT bahkan dibakar termasuk Halte Polda Metro Jaya, Senen Sentral, Senayan Bank DKI, dan Gerbang Pemuda.

Berbicara kerugian, angkanya sudah melebihi Rp50 miliar. Kerugian akibat kerusakan infrastruktur MRT Jakarta misalnya, mencapai sekitar Rp3,3 miliar, Transjakarta kurang lebih Rp41,6 miliar, sementara kerusakan CCTV dan infrastruktur lainnya sekitar Rp5,5 miliar.

Jumlah kerugian dan kerusakan fasilitas umum ini mengingatkan pada aksi unjuk rasa UU Cipta Kerja yang berujung ricuh pada Oktober 2020. Saat itu, Pemprov DKI mencatat kerusakan mencapai Rp65 miliar termasuk halte Transjakarta, pos polisi, lampu lalu lintas, papan separator, pot, dan tanaman. 

Selain kerusakan fasilitas umum, sampah juga menjadi sorotan. Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta mengemukakan selama dua hari saja yakni 28-29 Agustus 2025, terdapat 130 meter kubik sampah anorganik atau setara dengan 28,63 ton yang dikumpulkan.

Mengetahui dampak unjuk rasa ini, Gerakan Gotong Royong #JagaJakarta pun diadakan, melibatkan seluruh perangkat wilayah, mulai dari wali kota, camat, hingga lurah, mengikuti kerja bakti di wilayahnya masing-masing.

Gerakan pembersihan ini juga diikuti Pasukan Pelangi dari berbagai Organisasi Perangkat Daerah (OPD).

Pasukan Biru dari Dinas Sumber Daya Air (SDA) turut membersihkan saluran air, sementara Pasukan Kuning dari Dinas Bina Marga memperbaiki infrastruktur jalan.

Pasukan Oranye dan Hijau dari Dinas Lingkungan Hidup serta Pasukan Hijau dari Dinas Pertamanan dan Hutan Kota membersihkan sampah dan merapikan taman.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan