Di Balik Fenomena Flexing: Apa Penyebab Sebenarnya?

ilustrasi fenomena flexing --
JAMBIKORAN.COM - Fenomena flexing atau perilaku pamer kini menjadi sorotan publik, terutama di kalangan pejabat.
Presiden Prabowo Subianto bahkan dikabarkan mengundang anggota DPR dari Fraksi Partai Gerindra ke kediamannya untuk memberikan arahan agar mereka menahan diri dari gaya hidup berlebihan dan tidak melakukan flexing.
Lalu, apa yang sebenarnya membuat seseorang gemar memamerkan harta atau gaya hidup mewah?
Dikutip dari laman resmi Universitas Gadjah Mada (UGM), pengamat psikologi sosial Lu’luatul Chizanah menjelaskan bahwa flexing di media sosial umumnya bertujuan untuk mendapatkan pengakuan dari kelompok sosial tertentu.
BACA JUGA:Cek Endra Mina Percepat Legalisasi Sumur Minyak Rakyat, Guna Genjot Produksi
BACA JUGA:Graham Potter Dipecat West Ham
Dalam proses membangun relasi atau pertemanan, pengakuan sering kali menjadi syarat agar seseorang bisa diterima di lingkungan tertentu.
Media sosial memperluas ruang ini karena setiap unggahan dapat dilihat, dinilai, bahkan dibandingkan secara instan dengan orang lain.
Lu’luatul menilai bahwa teknik manajemen impresi melalui pamer barang-barang mewah dilakukan untuk membuktikan bahwa seseorang layak diterima di komunitas tertentu.
Dengan menampilkan barang bermerek, pelaku flexing berharap dinilai pantas berada di kalangan elite. Dengan kata lain, perilaku ini bukan hanya tentang barang yang ditampilkan, tetapi juga tentang pesan simbolik yang ingin disampaikan.
BACA JUGA:Pekan Raya Otomotif Resmi Ditutup, Diza Sampaikan Apresiasi
BACA JUGA:Tambahkan 10 Makanan Ini ke Menu Harian agar Berumur Panjang
Lebih lanjut, flexing sering kali mencerminkan lemahnya self-esteem atau harga diri. Orang yang gemar memamerkan kekayaan biasanya tidak memiliki keyakinan terhadap nilai dirinya sendiri.
Rasa kurang percaya diri mendorong individu mencari validasi dari luar, salah satunya melalui pujian atau pengakuan yang didapat saat memamerkan sesuatu.