Setahun Prabowo Berdiplomasi Tonjolkan Wajah Indonesia di Taraf Dunia

Prabowo Kembali ke Tanah Air Usai Hadiri KTT Perdamaian Gaza di Mesir-Ist/Jambi Independent-Jambi Independent
Capaian diplomasi Presiden Prabowo selama setahun terakhir terjadi di semua lini diplomasi, di bidang politik dan keamanan, juga ekonomi, sosial dan budaya.
Di bidang ekonomi pada 2025tahun, misalnya, Indonesia berhasil menyelesaikan Kesepakatan Kemitraan Ekonomi Komprehensif dengan tiga mitra, yaitu dengan Peru (IP-CEPA) pada 11 Agustus, Uni Eropa (IEU-CEPA) pada 23 September, dan yang terbaru dengan Kanada (ICA-CEPA) pada 24 September.
Dengan implementasi penuh kemitraan tersebut, RI berpotensi meningkatkan kerja sama ekonomi hingga 20 persen per tahun dengan Uni Eropa, sementara ekspor ke Kanada berpotensi mencapai 11,8 miliar dolar AS pada 2030, dan nilai dagang dengan Peru dapat mencapai 5 miliar dolar AS.
Kunjungan internasional Prabowo juga mendatangkan pundi-pundi investasi baru. Salah satunya, dalam tur internasional pertamanya ke berbagai negara pada 8—21 November 2024, Prabowo berhasil membawa oleh-oleh komitmen investasi dengan nilai total sebesar 18,5 miliar dolar AS.
Bahkan dalam kunjungan terbarunya, yaitu ketika ia mampir di Paviliun Indonesia Osaka Expo 2025 sebelum ke New York untuk menghadiri Sidang Umum PBB pada 20 September, Paviliun Indonesia telah mencatatkan komitmen investasi sebesar 23,8 miliar dolar AS dengan target realisasi mulai 2026.
Sementara di bidang pertahanan, Indonesia telah mengesahkan kerja sama pertahanan dengan lima negara, yaitu India, Brasil, Uni Emirat Arab, Kamboja, dan Prancis, selama kepemimpinan Prabowo setahun terakhir.
Indonesia juga merasakan manisnya hasil perjuangan diplomasi di bidang budaya usai pemerintah Belanda, di tengah kunjungan Presiden Prabowo ke Den Haag, beberapa pekan lalu, mengumumkan akan mengembalikan puluhan ribu keping fosil manusia purba koleksi Dubois yang diambil dari Indonesia.
Langkah ke depan
Meski Presiden Prabowo sudah mencetak begitu banyak tindakan konkret dalam upaya diplomasinya dalam setahun terakhir, pada akhirnya diplomasi di bawah Prabowo harus menentukan akan ke mana fokusnya, demikian menurut akademisi hubungan internasional Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) Moch Faisal Karim.
Pasalnya, ia melihat fokus strategi diplomasi sebagai salah satu hal yang perlu dievaluasi ke depan setelah mengamati dinamika politik luar negeri RI setahun terakhir.
“Bagaimana strategi besar kita sehingga para diplomat tahu posisinya apa. Apakah kita fokus ke geoekonomi. Apakah penguatan middle power, harus jelas,” kata Faisal.
Ia membandingkan dengan pemimpin terdahulu seperti Susilo Bambang Yudhoyono yang jelas menetapkan fokus diplomasi untuk menguatkan posisi RI sebagai middle power, sementara Joko Widodo lebih terpaku pada diplomasi ekonomi dan lebih berorientasi domestik.
Sementara terkait fokus diplomasi utama RI ke depannya, Teuku Rezasyah mendorong supaya reformasi PBB, khususnya Dewan Keamanan PBB, terus diperjuangkan Indonesia demi memastikan badan tersebut tetap relevan dengan kepentingan negara-negara anggota.
Selain itu, ia mendorong Indonesia supaya menonjolkan diri sebagai pemimpin di Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) dan Gerakan Non-Blok (GNB) yang memang sedang memerlukan pemimpin yang dapat diterima komunitas internasional,
Reza juga mengingatkan supaya RI secara konsisten terus melibatkan diri langsung dalam penanganan krisis lingkungan hidup di tingkat global, stabilitas kawasan Indo-Pasifik, dan penyelesaian konflik di Timur Tengah.