Bola Baba

Dahlan iskan--
Sampai di ruangan atas kami diterima seorang guru taichi. Kami diajak berlatih taichi. Kapan harus bergerak lembut. Kapan harus menendang keras. Kapan harus mundur. Kapan harus maju. Juga kapan harus menarik napas.
Rasanya Jack Ma sendiri kini lagi bertaichi dengan keadaan. Jack Ma sedang melakukan gerakan mundur. Bahkan di tahun 2020 ia tidak melakukan gerakan apa-apa. Ia diam. Konsentrasi batin --yang biasa dilakukan sebelum memulai taichi.
Itu terjadi setelah tiba-tiba saja rencana Go Public Ant Group dibatalkan oleh pemerintah Tiongkok. Padahal waktunya tinggal dua hari. Padahal itulah Go Public terbesar di dunia. Terbesar dalam sejarah sampai tahun itu: 30 miliar dolar.
Ant Group berada di bawah grup Albaba. Jack Ma sebagai pengendali utama. Ada dua versi mengapa IPO itu dibatalkan mendadak.
Versi yang anti pemerintah mengatakan: itu gara-gara Jack Ma mengkritik sistem keuangan Tiongkok. Jack Ma terlihat sudah ingin lebih hebat dari penguasa Tiongkok. Pemerintah marah.
Versi kedua: Ant Group dinilai sudah bukan lagi perusahaan teknologi. Sudah lebih ke perusahaan keuangan. Maka pemerintah menghendaki Ant Group harus tunduk pada otoritas keuangan. Harus lebih banyak dikontrol sebagaimana lembaga keuangan lainnya.
Sebagai pemain taichi, Jack Ma tahu gerakan apa yang harus ia mainkan setelah itu. Ia memutuskan tidak membuat gerakan menyerang. Ia bikin gerakan mundur.
Akhirnya Ali Baba selamat. Tentu ada konsekuensinya. Jack Ma kehilangan kontrol di Ant Group. Otoritas keuangan akan mengontrolnya. Ant Group juga didenda luar biasa besar: 1 miliar dolar --hampir Rp 20 triliun.
"Bukan. Saya bukan guru taichi Jack Ma," ujar Laoshi Liu, guru taichi yang menyambut rombongan pengusaha Disway ini. "Saya hanya pernah bermain taichi bersama beliau," tambahnya.
Begitulah guru taichi. Selalu rendah hati. Saat bermain bersama itu mungkin saja ia berada di depan, Jack Ma di belakangnya.
Setelah taichi kami pun dibawa ke ruang lain. Kali ini tidak lagi belajar filsafat di balik taichi, tapi diajak latihan keuletan. Pakai peraga permainan.
Kepada kami dibagikan barang seperti bola. Sebesar bola baseball. Terbuat dari kayu. Mirip sekali dengan puzzle. Begitu memegangnya kami tergoda untuk membukanya. Kelihatannya gampang. Ternyata tidak bisa.
Permainan itu menggunakan prinsip arsitektur zaman kuno. Tidak ada paku dan lem. Tapi terikat kuat dan kokoh. Dipaksa dibuka pun tidak bisa membuka. Lalu ada yang menjatuhkannya ke lantai. Juga tidak ambyar. Nama arsitek penemunya adalah Luban. Maka prinsip tekniknya, juga puzzle-nya, disebut Luban Locks.
Ternyata, caranya, justru tidak boleh dipaksa. Cukup diayun sambil memutarnya. Ambyar sendiri. ''Soft power'' lebih bisa menyelesaikan masalah dibanding lewat kekerasan.