“Ibu tetap pantau kondisi Raufa belajar dengan gurunya dari sekolah lewat cctv rumah. Ada dua orang guru yang mengajar Raufa setiap hari, jadwal pagi dan siang. Ada orang yang tetap di rumah menjaga Raufa dan adiknya selama Ibu bekerja. Pekerjaan sekolah yang harus diselesaikan di rumah, Ibu kerjakan saat anak-anak tidur siang. Jika ada siswa yang kondisinya sama seperti Raufa di kelas yang Ibu ajar, maka akan Ibu perlakukan berbeda dengan teman-temannya yang normal karena keistimewaannya. Mereka terlihat sama tapi mereka sebenarnya punya kebutuhan yang berbeda dalam belajar dan berinteraksi dalam lingkungan social,” timpalnya.
Dari cerita singkat ini, bisa dilihat betapa tulusnya ia menata semua pekerjaan ketika berperan menjadi guru dan seorang Ibu. Ketulusan itu yang membuat siswa senang belajar dengannya, dan tak jarang menjadikan Dewi sebagai guru yang disenangi di sekolah.
Jika tulus dan sabar sudah tumbuh lebat di hati, Allah akan berikan dan tambahkan nikmatnya, seperti kelebihan dari seorang Raufa. Meski Raufa adalah Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dengan gejala autisme, dia bisa membuat berbagai poster menggunakan laptop ketika umur 8 tahun.
Usia di mana anak-anak lain belum bisa dan belum paham cara menggunakan laptop untuk membuat poster.
Terlepas dari dua peran itu, Dewi merupakan penulis novel. Dia membuat cerita tersebut karena terinspirasi dari anak pertamanya, yaitu Raufa yang tergolong anak dengan gejala autisme dengan judul Pemeran Utama Hati Mama.
Novel tersebut diterbitkan oleh Pustaka Media Guru pada tahun 2021.
“Agar para Ibu yang memiliki anak autisme terus belajar dan memiliki kesabaran tanpa batas mendampingi anak-anak dengan autism,” katanya.
Di novel tersebut juga Dewi memberikan pesan yang dapat diambil ketika selesai membacanya. Bahwa anak dengan gejala autisme juga mempunyai kelebihan di bidang yang dia minati, seperti tokoh Zikri yang terinspirasi dari Raufa yang bisa membuat berbagai macam poster ketika di umur 8 tahun. Anak Berkebutuhan Khusus juga mempunyai masa depan yang baik seperti halnya dengan anak-anak yang normal.
Novel Pemeran Utama Hati Mama banyak memberikan pesan moral, bagaimana tokoh Anggun yang berperan sebagai seorang Ibu sekaligus istri untuk bersabar mengurus Zikri anak berkebutuhan khusus, dan Anggun merelakan pekerjaannya serta harus menjalin hubungan jarak jauh dengan suaminya karena memilih fokus menjadi Ibu yang baik.
Ketika bunga rasa sabar dan ikhlas telah mekar subur, di saat itu Anggun tidak pernah merasa malu memiliki anak berkebutuhan khusus.
Anggun juga merelakan suaminya untuk menikah lagi agar dia bisa berbagi kebahagiaan dengan wanita lain karena memiliki suami yang begitu hebat dan baik untuk keluarganya.
Setiap tulisan memliki penutup, begitu juga dengan tulisan ini yang akan ditutup dengan tips dari Dewi Safitri, bagaimana menjadi seorana Ibu yang baik untuk ABK.
“Jika kebetulan diberi amanah memiliki Anak Berkebutuhan Khusus, sehatkan diri Ibunya dahulu, pastikan Ibu menerima keadaan anak, baru kemudian mencari alternatif untuk membantu keterbatasan anak. Anak-anak autis membutuhkan Ibu yang memahami mereka, bukan menghakimi apalagi membanding-bandingkan,” tutupnya. (*)