Tanpa Bogang

Dahlan iskan--

Saya geleng kepala. Begitu banyak orang berolahraga. Lebih 10 kelompok. Pakai musik mereka sendiri-sendiri.  Padahal jarak antar kelompok itu ada yang hanya 10 meter. 

Ada kelompok besar. Ada grup kecil, sekitar 20 orang. Mereka semua senam-dansa. Sport dance. 

BACA JUGA:Kominfo Merangin Bagi-Bagi Takjil

BACA JUGA:Arus Mudik Lebaran Mulai Meningkat, Dishub Jambi Prediksi Puncaknya Mulai 5 April

Ada yang senam aerobik. Energetik. Ada yang lebih ke arah tari. Slow.

Yang seru: antarkelompok itu kan seperti tidak berjarak. Maka kelompok sini bisa dengar musik dari kelompok sana. Saling berebut masuk telinga. Tapi mereka tidak peduli. Masing-masing konsentrasi ke gerakan dan musik kelompoknya sendiri.

Saya pilih bergabung ke salah satu kelompok yang jenis gerakannya medium impact. Seperti yang selalu saya lakukan di Indonesia.

Gerakan di kelompok tari itu terlihat terlalu low impact. Demikian juga di kelompok line dance. Sulit disebut olahraga.

BACA JUGA:Hakim MK Tegur Hotman Paris, Sebut Sirekap Tidak Penting Dibahas

BACA JUGA:Gara-Gara Kedatangan Presiden, Perbaikan Jalan Nasional Terus Dikebut 

Tapi yang aerobik itu terlalu high impact. Terlalu berat untuk umur kaki saya.

"Musuh nomor satu orang tua adalah kaki".

Prinsip itu terus saya pegang: biar tua kaki saya harus tetap kuat. Tidak ada cara lain kecuali harus mempertahankan masa otot kaki.

Anda sudah tahu: masa otot manusia akan terus berkurang seiring dengan pertambahan umur. Saya belum menemukan cara lain mempertahankan masa otot kecuali lewat olahraga. 

BACA JUGA:Wako Safari Ramadan di Masjid Hidayatussalam Desa Lawang Agung

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan