JAMBIKORAN.COM - Fenomena mimpi ketindihan atau sleep paralysis telah lama menarik perhatian, baik dari sudut pandang budaya maupun ilmu kesehatan.
Bagi sebagian orang, pengalaman ini terasa menyeramkan karena disertai rasa tertekan, tidak bisa bergerak, bahkan terkadang disertai halusinasi.
Tak heran jika dalam kepercayaan masyarakat Jawa, ketindihan kerap dikaitkan dengan gangguan makhluk halus.
Pandangan Primbon Jawa tentang Mimpi Ketindihan
BACA JUGA:Transmigrasi Mandek, 200 KK di Muaro Jambi Belum Terima Lahan Usaha
BACA JUGA:Polresta Jambi Tingkatkan Mental Anggota Lewat Pembinaan Rohani Rutin
Dalam tradisi primbon Jawa, mimpi ketindihan sering dianggap sebagai pertanda adanya entitas gaib yang mendekati atau menindih seseorang ketika tidur.
Tak hanya itu, fenomena ini juga dipercaya sebagai isyarat masuknya energi negatif ke dalam diri atau lingkungan si pemimpi.
Ada pula anggapan bahwa ketindihan merupakan bentuk peringatan agar seseorang lebih waspada terhadap bahaya yang mengintai.
Penjelasan Ilmiah Sleep Paralysis
BACA JUGA:LHKPN: Harta Wamenaker Immanuel Ebenezer yang Terjaring OTT KPK Mencapai Rp17,6 Miliar
BACA JUGA:Asyik, 42 Dapur MBG Siap Jalan di Kota Jambi, Tapi Harga Telur Dipantau Ketat
Di sisi lain, ilmu pengetahuan menjelaskan sleep paralysis sebagai kondisi gangguan tidur yang terjadi saat seseorang berada di antara fase tidur dan terjaga.
Otak sudah terbangun, namun tubuh belum sepenuhnya sadar, menyebabkan ketidakmampuan untuk bergerak atau berbicara.
Kondisi ini biasanya berlangsung selama beberapa detik hingga beberapa menit.