MUARO JAMBI - Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Muaro Jambi akan melibatkan ribuan siswa tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) bermain musik senandung Jolo. Kegiatan ini digadang gadang bakal meraih rekor MURI (Musium Rekor Indonesia).
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Muaro Jambi Firdaus saat dikonfirmasi membenarkan hal tersebut.
BACA JUGA:PUBG Mobile Rayakan Ulang Tahun ke-6 dengan PMIC 2024
BACA JUGA:Dani Carvajal: Madrid Diam Soal Mbappe, Tapi Peluangnya Semakin Nyata
Katanya, saat ini ribuan siswa yang terlibat, terus melakukan latihan bermain musik Senandung Jolo di sekolah masing masing.
"Ada 1000 anak sekolah tingkat SMP yang dilibatkan dalam bermain musik Senandung Jolo tersebut. Mudah mudahan kegiatan itu bisa mendapat Rekor MURI," harapnya.
Lebih lanjut Firdaus menyebutkan, ribuan siswa yang dilibatkan bermain musik Senandung Jolo tersebut diambil dari 32 Sekolah Tingkat SMP yang ada di 11 Kecamatan dalam wilayah Kabupaten Muaro Jambi.
Ribuan siswa tersebut bakal tampil secara serentak di lapangan Bukit Cinto Kenang Kantor Bupati Muaro Jambi pada tanggal 02 Mei 2024 mendatang.
"Sebelum hari H, mereka hanya ada waktu 2 kali pertemuan tampil secara bersama sama," sebutnya.
Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Muaro Jambi Firdaus mengatakan, tujuan dari kegiatan tersebut adalah untuk mengangkat dan mensosialisasikan Musik Senandung Jolo kepada masyarakat luas.
Untuk diketahui, Senandung Jolo merupakan salah satu jenis seni vokal tradisional dari Kelurahan Tanjung Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi dan dikategorikan sebagai sastra tutur karena bentuk sajian berupa pantun diiringi alat musik gambang.
Munculnya kesenian Senandung Jolo berawal dari kebiasaan masyarakat dahulu yang sebagian basar mata pencarian behumo (berladang) dihutan.
Gambang adalah alat musik sejenis perkusi yang terbuat dari beberapa bilah kayu. Gambang ini sebagai instrumen pertama untuk mengiringi vokal dari sebuah pantun yang diciptakan serta gong juga instrumen pertama yang berfungsi sebagai pengiring dari vokal sebuah pantun senandung jolo tersebut.
Akan tetapi, sesuai dengan perkembangan zaman instrumen ini bertambah dengan menggunakan rebana siam dan gendang bermuka dua.
Penyajian senandung jolo ini digunakan pada saat berselang atau akan berlangsungnya perkawinan, pengukuhan adat pada hari-hari besar an berbagai acara-acar formal lainnya di daerah tersebut.