FAKTA ILMIAH: Frekuensi Tawa Anak Usia 4 Tahun Jauh Melebihi Orang Dewasa Stres di Usia 30-an

Ilustrasi anak-anak tertawa.-Pinterest @ suryawardhani73-
JAMBIKORAN.COM – Sebuah penelitian yang menjadi viral di media sosial kembali menyentil realita kehidupan modern, menyoroti perbedaan mencolok dalam tingkat kebahagiaan antara anak-anak dan orang dewasa.
Studi yang dilakukan oleh peneliti Harbridge ini mengungkap fakta mengejutkan mengenai frekuensi tertawa yang menurun drastis seiring bertambahnya usia.
Menurut penelitian tersebut, seorang anak berusia sekitar 4 tahun memiliki kemampuan untuk tertawa hingga 300 kali per hari.
Tingginya angka ini dikaitkan dengan dunia anak-anak yang penuh kegembiraan, tanpa beban, dan segala sesuatunya terasa baru serta menyenangkan. Tawa menjadi indikator utama dari kebebasan dan kebahagiaan murni yang mereka rasakan.
BACA JUGA:Menjaga Kelestarian Budaya, Wawako Diza: Pemkot Jambi Punya Program Prioritas Bahagia Berbudaya
BACA JUGA:Mitos Haid yang Masih Banyak Dipercaya
Namun, laporan tersebut menunjukkan bahwa seiring bertambahnya usia, frekuensi tawa pada manusia mulai merosot tajam. Orang dewasa, khususnya di usia 30 tahunan, rata-rata hanya tertawa 4 hingga 5 kali per hari.
Angka yang menyedihkan ini mencerminkan betapa signifikan tekanan hidup telah mengambil alih ruang kegembiraan.
Penelitian secara spesifik menunjuk stres di tempat kerja sebagai salah satu penyebab utama mengapa orang dewasa jarang tertawa.
Rutinitas yang padat, tuntutan pekerjaan yang tinggi, dan tekanan ekonomi sering kali membuat orang dewasa melupakan atau kehilangan momen untuk tertawa lepas.
BACA JUGA:Julian Alvarez Frustasi
BACA JUGA:Maraton Film Jadi Gaya Hidup Baru
Menariknya, bagi orang dewasa yang sudah memiliki anak, frekuensi tertawa mereka hanya naik sedikit menjadi 5 kali sehari.
Ini mengindikasikan bahwa meskipun kehadiran anak membawa kebahagiaan, beban dan stres dari pekerjaan tetap menjadi faktor dominan yang menekan ekspresi kegembiraan.
Fenomena "tawa yang hilang" ini memicu diskusi di kalangan psikolog dan pakar kesehatan mental tentang pentingnya keseimbangan hidup dan kerja (work-life balance).
Tertawa telah lama diakui sebagai terapi alami terbaik yang dapat menurunkan hormon stres seperti kortisol, meningkatkan endorfin, dan bahkan meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
BACA JUGA:Motif Bunga, Tren Abadi Fashion dan Dekorasi
BACA JUGA:Tips Membantu Anak Atur Emosi, Agar Lebih Tenang
Mengurangi frekuensi tertawa hingga kurang dari 5 kali sehari dapat menjadi sinyal bahwa seseorang sedang berada dalam tekanan psikologis yang perlu diatasi.
Para pakar menyarankan agar orang dewasa secara sadar mencari atau menciptakan momen untuk tertawa, baik melalui interaksi sosial, menonton konten lucu, atau sekadar bermain bersama anak-anak.
Kisah perbandingan antara 300 tawa anak vs. 4 tawa orang dewasa ini adalah pengingat keras bahwa dalam mengejar kesuksesan, orang dewasa tidak boleh mengorbankan kualitas hidup dan kebahagiaan murni yang seharusnya menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari. (*)