Waspadai Gangguan Kepribadian Narsistik (NPD): Bukan Sekadar Cinta Diri, Tapi Pola Hidup yang Berisiko

Ilustrasi NPD-Pexels-
JAMBIKORAN.COM - Istilah “narsis” sering digunakan untuk menggambarkan seseorang yang terlalu mencintai dirinya sendiri, gemar tampil, dan haus akan pujian.
Namun, di balik sifat yang tampak sepele ini, tersimpan kondisi psikologis serius yang disebut Narcissistic Personality Disorder (NPD) atau Gangguan Kepribadian Narsistik.
Kondisi ini bukan sekadar soal kepercayaan diri tinggi, melainkan pola perilaku yang kompleks dan berdampak luas pada hubungan sosial, pekerjaan, serta kehidupan pribadi penderitanya.
Dalam keseharian, ciri-ciri NPD sering kali tampak dari perilaku yang suka menjadi pusat perhatian, melebih-lebihkan pencapaian pribadi, hingga memberikan nasihat tanpa diminta demi menunjukkan superioritas.
BACA JUGA:Dua Kelompok Remaja Terlibat Tawuran di Simpang 3 Pendar, Pasar Jambi
BACA JUGA:Bunga Saffron: Rempah Mewah Kaya Manfaat untuk Kecantikan dan Kesehatan Kulit
Mereka juga kerap merasa berhak atas perlakuan istimewa dan tidak sabar menunggu giliran, seolah dunia harus berputar di sekitar mereka.
Di balik rasa percaya diri yang tampak berlebihan, tersimpan ketakutan mendalam akan kegagalan dan penolakan.
Selain itu, individu dengan NPD biasanya memiliki ambisi tanpa batas. Mereka menganggap diri sebagai sosok istimewa, hanya layak bergaul dengan orang berstatus tinggi, dan sering meremehkan orang lain.
Tak jarang, mereka pandai menebar pesona demi memperoleh kekaguman, tetapi semua itu dilakukan dengan motivasi transaksional: menginginkan pengakuan dan validasi.
BACA JUGA:-SEA GAMES 2025-, Skateboard Indonesia Bidik Dua Emas
Sifat kompetitif yang ekstrem, tidak mampu menerima kekalahan, hingga kecenderungan memanipulasi orang lain demi kepentingan pribadi juga menjadi tanda bahaya.
Bahkan, ketika salah, mereka cenderung menyalahkan pihak lain, menghindari introspeksi, dan sulit meminta maaf.
Menurut Zachary Rosenthal, PhD, psikolog klinis dari Duke Health, tidak semua narsisis adalah orang jahat.
Namun, perilaku mereka bisa bermasalah karena sering terbentuk dari lingkungan yang sejak kecil menanamkan keyakinan bahwa mereka istimewa, tanpa diimbangi empati atau kerendahan hati.
BACA JUGA:KONI Jambi Optimis Sumbang Medali, Ajang PON Bela Diri Kudus
BACA JUGA:Kluivert Belum Tahu Masa Depannya di Timnas
NPD sendiri tidak disebabkan oleh faktor genetik tunggal, melainkan hasil kombinasi antara pola asuh, pengalaman sosial, dan pembelajaran emosional. Walau sulit diubah, kondisi ini bukan tanpa harapan.
Melalui terapi yang tepat dan hubungan terapeutik yang saling percaya, individu dengan NPD dapat belajar mengenali pola perilaku mereka dan membangun empati yang lebih sehat.
Gangguan kepribadian narsistik mengajarkan pentingnya keseimbangan antara mencintai diri dan menghargai orang lain.
Sebab, terlalu berfokus pada diri sendiri bukan tanda kekuatan, melainkan sinyal adanya luka batin yang belum disembuhkan. (*)