JAMBI - Aksi protes ribuan sopir truk batu bara, berlangsung di Kantor Gubernur Jambi. Emosi mereka, tak bisa terbendung lagi, setelah perwakilan asosiasi sopir batu bara melakukan pertemuan tertutup dengan Gubernur Jambi.
Dari pertemuan itu, ada catatan yang diberikan kepada sopir, mengenai upah melansir batu bara dari mulut tambang ke pelabuhan yang ada di Sarolangun dan Batanghari, untuk mobilisasi batu bara menggunakan jalur sungai.
Mereka tak terima, dengan upah Rp 20 ribuan person untuk satu kali angkut, dengan jarak 17 Km. Ditambah lagi, setelah pertemuan tertutup antara perwakilan sopir dengan gubernur, ribuan sopir yang menunggu di luar kantor gubernur, tidak dapat menemui gubernur Jambi Al Haris.
Tursiman, Ketua KS Bara yang menjadi fasilitator dalam pertemuan tertutup tersebut menyatakan, gubernur tetap menekankan lewat jalur sungai. Harga yang disampaikan, menurut Tursiman, sudah disampaikan ke pihaknya. Jika sopir tidak menerima, lanjutnya, harus ada jalan keluarnya.
BACA JUGA:Ganjar Pranowo Optimis Kekuatan Partai Makin Solid
BACA JUGA:Legalitas Harus Ada, Narsoel Yasir Dorong Gubernur Jambi Keluarkan Surat Keputusan Tentang Ini
"Kalau Rp 20 ribu, sepanjang 17 Km, kita udah modal mobil, ban, ini harus dinego lagi oleh perusahaan. Keingina sopir truk batu bara ini, kalau untuk menghindari macet, kan bisa dibuka sedikit, tidak semua truk beroperasi, tidak memadatkan jalan. Kalau mau di tutup, ya tutup semua. Aktivitas perusahaan juga tutup. Ini bukan membuat jera perusahaan karena masih bisa beroperasi, ini hanya mengenakan sopir," katanya.
Kabar yang disampaikan Tursiman kepada para pengunjuk rasa itu, membuat pada sopir tersulut emosi. Ada juga pengunjuk rasa yang merupakan istri para sopir tak kuasa menahan tangisnya.
"Anak kami butuh makan, butuh sekolah. Kalau tutup, tutup semua. Sekarang sopir yang dirugikan, perusahaan tetap bisa menjual batu bara. Dibayar Rp 20 ribu, dapat apa. Untuk bensin saja tidak cukup," ujar salah satu istri dari sopir sambil berteriak.
Emosi dengan itu, para sopir kemudian mengeluarkan truk-truk mereka dari lapangan kantor gubernur. Puluhan truk menutup sejumlah akses jalan di Kota Jambi. Terparah, lampu merah simpang BI lumpuh. Dari empat sisi jalan, ditutup oleh truk angkutan batu bara.
BACA JUGA:Terobosan SAH Sosialisasikan Telemedisin Kepada Tokoh Masyarakat Alam Barajo
BACA JUGA:BI Jambi Lanjutkan Subsidi Ongkos Angkut Komoditas Penyumbang Inflasi
"Biar semua merasakan tidak bisa mencari nafkah," teriak sopir lagi.
Kondisi macet total terjadi di kawasan Telanaipura. Bahkan terlihat truk tangki pertamina membawa BBM juga kesulitan untuk lewat, namun akhirnya diloloskan.
Aksi ini lantas mengundang amarah dari pengguna jalan lainnya. Mereka merasa dirugikan, karena aksis jalan ditutup.
"Ya terganggu, yang mau cari makan bukan mereka saja. Kami juga mau cari makan," ujar salah seorang pengguna jalan yang tak mau disebutkan namanya.
BACA JUGA:Bahan Alami Atasi Keracunan Makanan
BACA JUGA:6 Manfaat Angkat Beban Bagi Ibu Hamil
Selain menutup jalan kota Jambi, para sopir truk batu bara juga meluapkan emosinya dengan melempari kantor gubernur Jambi.
Awalnya terjadi aksi saling dorong antara massa dengan petugas keamanan. Mereka memaksa masuk ke kantor gubernur. Tidak bisa masuk, kemudian pengunjuk rasa melempari botol dan sampah ke arah petugas yang berjaga di pintu masuk kantor gubernur.
Kemudian, para pengunjuk rasa mulai melempar batu ke arah kaca jendela kantor gubernur. Sejumlah kaca jendela pecah.
Untuk menghentikan aksi lempar itu, pihak kepolisian terpaksa harus menggunakan water canon. Namun, bukannya mundur, para pengunjuk rasa malah balik menyerang mobil water canon dengan batu yang lebih besar.
BACA JUGA:Kebaikan Yoghurt untuk Tubuh
BACA JUGA:Tips Kurangi Resiko Penyakit TBC
Tidak hanya merusak kaca jendela kantor gubernur dan mobil water canon, lemparan batu pengunjuk rasa juga mengenai lampu taman utama sehingga jatuh. Beruntung tidak ada yang tertimpa pecahan kaca lampu taman berukuran besar tersebut.
Salah satu dari kerumunan massa juga terlihat kesakitan terkena lemparan batu.
Melihat aksi lempar batu yang tak terkendali, aparat akhirnya terpaksa melepas gas air mata ke tengah massa yang tak berhenti melempar batu.
Aksi ini akhirnya mereda setelah water canon dan gas air mata dilepaskan. Kapolresta Jambi, Kombes Eko Wahyudi kemudian mengadakan dialog dengan para sopir yang masih tersulut emosi. Dia mengatakan, boleh saja menyampaikan aspirasi, tapi jangan merusak fasilitas, apalagi fasilitas negara yang dibeli menggunakan uang rakyat.
BACA JUGA:Kapolda Jambi Lepas 12 Ribu Paket Sembako
BACA JUGA:DPRD Tanjabbar Gelar Paripurna
"Ini fasilitas, yang dibiayai oleh uang rakyat. Aksi anarkis, juga menyebabkan ada yang terluka. Ada tiga orang anggota kami yang menjadi korban, dan dilarikan ke Rumah Sakit," katanya.
Aksi tersebut hingga malam hari masih berlangsung, meskipun tidak ada lagi kericuhan. Pantauan di lapangan, sekitar pukul 18.00, jalan di Simpang BI masih ditutup oleh sejumlah truk batu bara. Para pengunjuk rasa mengatakan, akan bermalam di kantor gubernur, hingga ada keputusan yang pasti dan adil untuk mereka. (enn/ira)