Warga Gaza Mengantri Panjang Hanya Untuk Dapatkan Tiga Botol Air Asin
Anak-anak selesai mengambil air di Kota Khan Younis, Jalur Gaza selatan, 2 Juli 2024. --Antaranews.com
Bahkan, air yang tidak terlalu bersih ini pun harus dibayar dengan harga mahal, yaitu 5 dolar AS (1 dolar AS = Rp16.387) per hari.
"Karena perang yang sedang berlangsung ini, saya menjadi pengangguran, dan saya tidak memiliki sumber penghasilan apa pun. Bagaimana saya bisa mendapat uang untuk membeli air?" kata Nassar.
BACA JUGA:Tim Karate Indonesia Borong 6 Emas di ASEAN University Games 2024
BACA JUGA:Prestasi Gemilang! Pencak Silat Indonesia Amankan 4 Emas dan 1 Perak di AUG 2024
Sembilan bulan telah berlalu dalam konflik Palestina-Israel, Gaza yang hancur akibat perang pun menghadapi kelangkaan air yang makin parah dan diperburuk oleh musim panas nan kering, pasokan yang kian menipis, serta infrastruktur yang luluh lantak.
Sekitar 67 persen infrastruktur serta fasilitas air dan sanitasi telah hancur atau rusak di Jalur Gaza, demikian ungkap Badan Bantuan dan Pekerjaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA) di platform media sosial X pada Juni.
Produksi air dari sumur-sumur air tanah, yang biasanya menyumbang 80 persen dari pasokan air Gaza, baru-baru ini turun dari 35.000 menjadi 15.000 meter kubik per hari, menyusut lebih dari 50 persen dari kapasitas produksi air tanah sebelum perang, menurut statistik PBB pada Juni.
Karena krisis tersebut, Mohammed Odwan, seorang pria Palestina di Kota Khan Younis, Jalur Gaza selatan, harus menunda pekerjaannya untuk menunggu giliran dalam antrean panjang.
BACA JUGA:Setelah Masa Pinjaman, David Raya Kini Jadi Pemain Tetap Arsenal
BACA JUGA:Manchester United Perpanjang Kontrak Erik ten Hag hingga 2026
"Dari hari ke hari, hidup kami makin sulit, dan tidak ada yang bisa mengatasinya," keluh pria berusia 39 tahun ini.
"Dulu, saya biasa memulai pekerjaan saya di pagi hari, tetapi, sekarang saya harus mulai bekerja pada sore hari karena harus mengambil air terlebih dahulu bagi keluarga saya yang beranggotakan 15 orang," kata Odwan.
Jika situasi saat ini berlangsung selama beberapa bulan ke depan, "Saya khawatir akan kehilangan pekerjaan saya, satu-satunya sumber pendapatan kami. Ini berarti saya tidak akan bisa menghidupi keluarga saya," tutur Odwan.
Kelangkaan air juga mengakibatkan berbagai masalah kesehatan.
Kondisi kehidupan yang penuh sesak dan akses yang terbatas ke air bersih meningkatkan secara signifikan risiko penyakit menular.