Dokter Kandungan: Satu dari Empat Perempuan Berisiko Alami Perdarahan Menstruasi Berat

ilsutrasi perempuan berisiko alami perdarahan menstruasi berat.-elara.care-
JAKARTA - Perdarahan Menstruasi Berat (PMB) atau heavy menstrual bleeding (HMB) masih menjadi masalah kesehatan yang kerap tidak disadari oleh banyak perempuan.
Dokter kandungan sekaligus Ahli Fertilitas Endokrinologi Reproduksi dari FKUI-RSCM, dr. Achmad Kemal Harzif, Sp.OG (K), mengungkapkan bahwa satu dari empat perempuan usia reproduktif berpotensi mengalami kondisi ini.
“Normalnya, total volume darah menstruasi selama lima hingga tujuh hari adalah sekitar 80 cc. Kalau perdarahan terjadi lebih dari delapan hari atau jumlahnya sangat banyak, itu sudah masuk kategori PMB,” kata dr. Kemal di Jakarta.
Menurutnya, PMB tidak hanya memengaruhi kondisi fisik, tetapi juga berdampak emosional dan finansial.
BACA JUGA:Vitamin Ampuh Tingkatkan Kesuburan Pria
BACA JUGA:Vitamin untuk Wajah Awet Muda
Gejala yang umum dialami antara lain:
1. Mengganti pembalut atau tampon setiap 1–2 jam karena penuh
2. Menstruasi berlangsung lebih dari tujuh hari
3. Keluar gumpalan darah besar
BACA JUGA:Legenda MU Yakin Timnas Indonesia ke Piala Dunia 2026
BACA JUGA:Xabi Alonso Resmi Tangani Real Madrid
4. Nyeri hebat di bagian bawah perut selama haid
Meski cukup umum, dr. Kemal menyebutkan bahwa 47 persen perempuan masih menganggap PMB sebagai hal biasa, dan 39 persen tidak mengetahui adanya pilihan pengobatan yang tersedia.
“Kondisi ini berisiko menimbulkan anemia karena kekurangan zat besi, sehingga perempuan menjadi mudah lelah, pucat, sesak napas, dan bahkan meningkatkan risiko penyakit jantung,” jelasnya.
Selain gangguan kesehatan fisik, PMB juga berdampak serius terhadap kualitas hidup. Banyak perempuan mengalami kesulitan menjalani aktivitas sehari-hari, gangguan tidur, stres mental, serta beban ekonomi akibat meningkatnya kebutuhan medis.
BACA JUGA:Perkuat Program Kota Bahagia, Walikota Jambi Wisuda 44 Lansia Tangguh
BACA JUGA:Dukung Pelestarian Adat Melayu Lewat Lomba Seloko Adat 2025
Untuk itu, dr. Kemal mendorong pentingnya deteksi dini dan konsultasi ke dokter jika mengalami gejala PMB. Beragam terapi medis tersedia sesuai dengan kondisi dan rencana kehamilan pasien.
Bagi perempuan yang masih berencana memiliki anak, dokter dapat meresepkan obat seperti anti-inflamasi nonsteroid (NSAID) dan asam traneksamat untuk membantu mengurangi perdarahan.
Sementara untuk pasien yang tidak sedang menjalani program hamil, terapi seperti Levonorgestrel Releasing Intrauterine System (LNG IUS) menjadi pilihan efektif.
Alat kontrasepsi berbentuk huruf T ini dipasang di dalam rahim dan melepaskan hormon secara perlahan untuk mencegah penebalan dinding rahim dan mengurangi perdarahan.